Dari Usaha Gapit, Seorang Ibu Rumah Tangga Mampu Sekolahkan Anaknya Setinggi Langit
- 02 November 2023 21:12
- Heri S
- Umum,
- 562
Tubankab - Gapit merupakan salah satu camilan khas dan cukup familiar di kalangan masyarakat desa pada umumnya. Camilan dengan bahan dasar tepung tapioka ini, biasanya disajikan pada momen hari raya, atau hajatan.
Namun, saat ini, sangat mudah menemukan camilan renyah ini di berbagai tempat. Salah satunya, Gapit Mbak Nur, produksi seorang ibu rumah tangga asal Dusun Beron, Desa Punggulrejo, Kecamatan Rengel, yang memiliki berbagai varian rasa.
Jajanan gurih yang proses pembuatannya dengan cara diapit atau dijepit menggunakan dua lempeng besi atau baja di atas pembakaran ini, memiliki banyak varian rasa seperti telo ungu, telo madu, pandan, nanas, labu, stroberi, pisang, buah naga, kacang tanah hingga buah siwalan khas Tuban.
Nur Qamariyah, selaku pemilik usaha tersebut menerangkan, sebelum menekuni usahanya ini, pada tahun 2006 dirinya bersama suami membuat camilan kemplang dan jajan bawang, yang dititipkan di kantin sekolah di wilayah Rengel. Namun, karena kantin sekolah akan tutup jika libur sekolah tiba, maka ia mencoba menjual gapit produksi kakaknya. Ia pun berhasil mengekspansi sebagian besar pasar di Kabupaten Tuban.
"Saya pasarkan di Jatirogo, Bulu, Tambakboyo, dan kecamatan lainnya. Hampir ada di semua pasar di beberapa kecamatan," ungkapnya, Kamis (02/11).
Namun, di tahun 2016, Qomariyah mendapatkan ide mengembangkan bisnis gapitnya, dengan memproduksi sendiri, dan mencoba membuat banyak varian rasa. Hal tersebut mendapatkan respon sangat positif dari para pelanggan. Agar selalu siap memenuhi pesanan, ia pun membeli alat cetak gapit dengan modifikasi, untuk meningkatkan nilai produksi.
"Kalau awalnya pakai yang biasa, saya dari Subuh sampai Isya' nggak selesai, tapi dengan alat modifikasi ini lebih cepat dan banyak," tuturnya.
Qomariyah mengaku, usaha yang ia geluti telah mengantarkan anak-anaknya lulus sarjana, hingga meneruskan S2. Ia optimis, usaha yang dijalankan dengan Istikamah akan membawa jalan rezeki yang barokah.
"4 anak saya sekolah dengan hasil usaha ini, Alhamdulillah karena semua ini untuk anak," ungkapnya.
Lebih lanjut, Qomariyah menerangkan, setelah suaminya meninggal, ia kerjakan produksi secara mandiri, dibantu 3 orang karyawan. Dalam sehari, mampu menghasilkan hingga 100 bungkus, dengan harga jual kemasan reguler Rp 10.000, sedangkan Rp 15.000 untuk premium.
Qomariyah menyebutkan, produknya juga sudah mengantongi izin P-IRT serta mendapatkan sertifikat halal. Pasarnya pun kini semakin luas, tak hanya di pasar Kabupaten Tuban saja, namun juga di Lamongan hingga Bojonegoro.
Nur, sapaan akrabnya menambahkan, dalam pemasaran, ia dibantu oleh Hipmikindo Tuban. Ia juga menjadi salah satu punggawa dalam organisasi yang menaungi banyak UMKM lokal Tuban ini.
Diketahui, seluruh produk UMKM di bawah naungan organisasi Hipmikindo sudah tersedia dalam e-katalog, termasuk produk camilan gapit miliknya. Ia berharap, melalui Hipmikindo semua produk UMKM di Kabupaten Tuban dapat semakin maju serta bersaing dengan produk UKM daerah lain.
"Hipmikindo sebagai mediator untuk mewadahi UMKM, jadi seperti reseller. Mudah-mudahan semakin maju dan sukses bareng, bisa dikenal masyarakat secara lebih luas dan orderan lebih banyak," harapnya.
Untuk usahanya, ia memiliki mimpi untuk bisa mewariskan ke anak hingga cucu.
"Bisa regenerasi produk ke anak cucu, itu cita-cita saya," pungkasnya. (gumelar/nurul jamilah/hei)