Dibutuhkan Literasi Demokrasi Digital Untuk Pilkada yang Lebih Baik
- 18 July 2024 11:31
- Yolency
- Kegiatan Pemerintahan,
- 310
Tubankab – Warga Jawa Timur akan melangsungkan Pilkada Serentak pada Rabu, 27 November 2024. Selain memilih Gubenur dan Wakil Gubernur, warga Jawa Timur juga akan memilih Bupati/Walikota beserta wakilnya.
Gelaran Pilkada acap kali diramaikan dengan tumbuh suburnya berita bohong (hoaks) maupun kampanye terlarang (black campaign). Berdasarkan data yang dirilis Kominfo Jatim, pada tahun 2021 persentase pertumbuhan hoaks mencapai 22,7 persen. Angka tersebut terus bertambah di tahun 2022 menjadi 32,2 persen dan pada 2023 menjadi 55,5 persen.
Guna menyukseskan gelaran tersebut, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur menggelar Literasi Demokrasi Digital (LDD) Tahun 2024. Mengusung tema "Pilkada? Dibikin Asyik Aja", forum diskusi ini menghadirkan Kepala Humas Universitas Bhayangkara Surabaya (Ubhara), Fitria Widiyani Roosinda dan Komika asal Kediri, Wawan Setiawan.
Kepala Humas Ubhara, Fitria Widiyani Roosinda menyebutkan Pilkada Jatim 2024 akan menjadi momentum munculnya berbagai hoaks maupun informasi palsu. Kondisi tersebut akan menjadikan ruang digital akan sangat bias informasi. Karenanya, diperlukan kemampuan literasi digital bagi warga untuk menyaring berbagai informasi yang berkembang.
“Dapat dikatakan pada Pilkada kali ini masyarakat perlu mendapat edukasi perihal literasi dan demokrasi digital,” ungkapnya, Kamis (18/07).
Fitria Roosinda menjelaskan konsep Demokrasi Digital di Indonesia masih banyak ditemukan penipuan, keberpihakan, ketidakadilan. Minimnya kemampuan literasi digital, menjadikan masyarakat terlalu mudah melakukan labelling, generalisasi berlebihan, dan memberikan asumsi pribadi.
Menyikapi kondisi tersebut, jajaran Diskominfo Jatim dan kabupaten/kota diharapkan perlu memaksimalkan upaya pencegahan. Langkah tersebut dapat ditempuh dengan memasifkan program literasi digital.
“Bukan hanya jelang Pilkada, namun harus dilakukan sejak jauh-jauh hari,” jelasnya. Selain itu, terus melakukan pemantauan isu di medsos maupun website.
Sementara itu, Komika sekaligus pegiat medsos, Wawan Setiawan mengatakan generasi milenial yang aktif bermedsos memiliki kecenderungan untuk mudah bosan. Informasi yang ditampilkan di medsos harus dikemas menarik.
“Tiga detik pertama menjadi poin penentu bagi gen Z untuk melanjutkan menonton konten medsos tersebut,” ujarnya.
Wawan Setiawan menambahkan agar peserta yang merupakan pranata Humas lebih kreatif dalam membuat konten medsos, terutama konten literasi digital maupun Pilkada. Selain itu, menyampaikan informasi secara cepat dan tepat serta mampu menunjukkan kekhasan konten yang ditampilkan. Bila diperlukan dapat menggandeng influencer medsos yang terkenal.
“Agar gen Z dapat tertarik untuk terlibat dan menyalurkan hak politiknya,” tambahnya. (m agus h/hei)