Foto : Wasor TBC Dinkes P2KB Susilowati. (mila)

Dinkes P2KB Fokuskan Screening TBC pada Anak, Ini Alasannya

Tubankab - Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban saat ini tengah fokus untuk melakukan screening penyakit TBC atau Tuberculosis pada anak.

Wasor TBC Dinkes P2KB Susilowati menyebutkan, TBC pada anak hingga saat ini mencapai 76 kasus. Untuk itu, butuh penanganan serius dengan melakukan penyisiran di setiap desa. 

Penyisiran kasus lewat screening posyandu hingga pemeriksaan orang terdekat untuk menghalau penularan. Selain itu, pihaknya juga memberikan perhatian khusus terhadap kemungkinan komorbit stunting. “Bisa jadi anak stunting karena memiliki komorbit TBC, nah ini yang saat ini juga kami sisir,” ungkapnya kepada reporter Diskominfo-SP, Kamis (13/07).

Untuk itu, kata Susilowati, penting bagi masyarakat apalagi orangtua dan orang terdekat dari anak-anak penderita TBC untuk menerapkan etika batuk, dan membuang ludah yang benar. "Mengingat, penularan TBC kepada anak begitu mudah, sebab anak belum memiliki metabolisme tubuh yang kuat. Yang sakit, harus memiliki bekal untuk tidak menularkan terhadap oranglain,” sambungnya.

Apalagi, lanjut Susilowati, saat ini banyak kasus yang tidak dilaporkan akibat adanya stigma dari masyarakat tentang penyakit TBC. Hal ini akan memperparah rantai penularan, sebab TBC gampang dan cepat menular melalui udara.  

“Padahal TBC bisa disembuhkan,” Susilowati menegaskan.

Masyarakat diimbau untuk segera memeriksa kesehatan jika mengalami gejala TBC. Hal ini penting, agar pengobatan dapat secara intensif dilakukan selama enam bulan, dengan biaya gratis. Ia meyakinkan, TBC dapat disembuhkan jika rutin berobat selama 6 bulan. “Untuk TBC sensitif obat, jika sudah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan tanpa putus, sudah bisa dinyatakan sembuh. Yang TBC Resisten obat, pengobatan lebih lama bisa sampai 1 tahun,” jelasnya.

TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang organ paru-paru. TBC tidak hanya dapat diderita oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. Penyakit ini terutama menyerang paru, namun juga bisa mengenai organ lain seperti selaput otak, usus, kelenjar getah bening, ginjal, tulang, dan kulit. TBC ditularkan lewat udara dari pasien TBC ke orang yang ada di sekitarnya, melalui percikan air ludah pasien saat batuk, bicara, atau bersin tanpa menutup mulut dan hidung atau tanpa menggunakan masker. Orangtua diharapkan dapat waspada dan mengetahui berbagai gejala yang muncul apabila anak mengalami TBC. 

Adapun gejala utama TBC yang harus diwaspadai, yaitu batuk secara terus menerus, sesak nafas, penurunan berat badan, demam berkepanjangan tanpa tahu penyebabnya, dan keringat dingin pada malam hari. 

“Selain itu, untuk anak, tidak ada penambahan berat badan selama dua bulan,” sebut Susilowati. 

Pemeriksaan bisa dilakukan melalui Tes Cepat Molekuler (TCM), yang akan langsung bisa mendeteksi TBC. Jika sudah tertular, mendapatkan Terapi Pencegahan Tuberkulosis atau TPT secara intensif selama 6 bulan. (nurul jamilah/hei)

comments powered by Disqus