Gubernur Jatim Terkesima Melihat Pohon Lengkeng di Desa Sugihan
- 01 February 2022 23:58
- Heri S
- Kegiatan Bupati dan Wakil Bupati,
- 1582
Tubankab - Usai melaksanakan panen raya padi di Desa Bandungrejo, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, dan Kapolres Tuban AKBP Darman melaksanakan panen buah lengkeng di Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Selasa (01/02).
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Khofifah memberikan pujian kepada petani setempat yang berhasil membudidayakan tanaman lengkeng jenis kateki ini. Apalagi, kelompok petani setempat menggunakan sistem tumpang sari untuk mengoptimalkan lahan seluas 25 hektare tersebut.
"Saya terkesima, ada pohon kelengkeng yang di bawahnya ditanami cabai dan budidaya lebah madu. Sistem tumpang sari ini sangat bagus sekali," puji Khofifah.
Menurutnya, kawasan perkebunan lengkeng yang ada di Desa Sugihan bisa menjadi referensi program peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis desa. Apalagi, pihak desa telah mulai merintis kawasan tersebut menjadi agrowisata.
"Kalau menjadi desa agrowisata, tidak hanya petani tetapi juga masyarakat sekitar akan merasakan dampak ekonomi secara nyata," ungkap Gubernur.
Gubernur juga menawarkan program pinjaman modal dari Bank UMKM kepada para petani untuk mengembangkan usaha mereka. Program tersebut berupa pinjaman modal Rp 10 juta dengan bunga 3 % per tahun.
"Disiapkan untuk ultra mikro dan mikro. Nah, bisa digunakan untuk pembuatan jaring yang berfungsi menghalau kelelawar," kata Khofifah.
Ia berharap, petani Desa Sugihan bisa menjadi mentor untuk desa lain. "Harus ada replikasi agar semakin banyak petani yang berani melakukan budidaya. Bertani buah lengkeng sangat menjanjikan," lanjut Khofifah.
Sementara itu, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzki mengungkapkan, agrowisata lengkeng sejalan dengan program Pemkab Tuban, yaitu satu desa satu produk unggulan. Untuk itu, pihaknya melalui dinas terkait akan memberikan dukungan penuh terutama pendampingan untuk para petani.
"Dinas pertanian terus melakukan pendampingan kepada petani dan seperti perintah Ibu Gubernur, skema serupa akan kita coba di desa lainnya," tutur Mas Bupati.
Kepala Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak, Zito Warsito menjelaskan, total luas lahan tanam lengkeng di Desa Sugihan adalah 35 hektare dengan jumlah pohon sebanyak tiga ribu yang melibatkan 90 orang petani. "Kalau yang kita panen ini ada 25 hektare dengan jumlah 1000 pohon," ucapnya.
Menurut Warsito, buah lengkeng atau biasa disebut kelengkeng jenis kateki yang ditanam di kawasan tersebut setiap bulannya selalu ada yang berbuah. Satu pohon memerlukan waktu 8 bulan untuk berbuah, tanpa mengenal musim.
Warsito mengungkapkan, awal budidaya kelengkeng dilaksanakan pada tahun 2016 dan mulai membuahkan hasil di tahun 2018. Berawal dari keresahan kelompok petani setempat yang merasa memiliki lahan tidak produktif jika datang musim kemarau, membuat mereka berinisiatif untuk mengajukan program ke Kementerian Pertanian. "Jadi dari kementerian meminta kami untuk menyiapkan lahan 25 hektare, dan alhamdulillah di tahun kedua mulai berbunga dan akhirnya berbuah," ungkap Warsito.
Untuk pemasaran, petani setempat mengandalkan media sosial. Tak berselang lama, banyak lembaga pendidikan hingga masyarakat lokal Kabupaten Tuban yang datang langsung ke kawasan perkebunan untuk membeli kelengkeng kateki produksi petani setempat. Bahkan tak jarang para petani sampai menolak permintaan pengunjung karena stok lengkeng habis.
"Kami selalu pasarkan lewat sosial media, terus banyak yang tanya dan datang kes ini. Selalu ramai saat panen, kadang malah kurang buahnya," ucapnya.
Omzet satu pohon bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Dalam satu pohon bisa memproduksi 50 hingga 60 kilogram dengan kisaran harga Rp 35 hingga Rp 40 ribu per kilogramnya.
Hal tersebut diamini oleh Ketua Kelompok Tani desa setempat Wiyono. Ia mengatakan, omzet setiap panen sangat menjanjikan, dan selalu habis terjual hanya dari pembeli lokalan Tuban. Menurutnya, jenis lengkeng kateki yang memiliki daging tebal dengan biji yang kecil menjadi favorit masyarakat. Adapun perawatan, Wiyono mengatakan pemberian pupuk dilakukan secara rutin 3 sampai 5 bulan sekali.
"Kami juga melakukan cutting atau mengambil buah-buah yang kecil agar buah yang sudah hampir masak bisa tumbuh lebih besar," jelas Wiyono. Menurutnya, cara tersebut sangat mempengaruhi kualitas kelengkeng yang dihasilkan.
Usai panen buah lengkeng, rombongan melanjutkan perjalanan ke Dispenda untuk memantau pelaksanaan operasi pasar murah sembako dan minyak goreng. Program dari Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Timur ini menyediakan sembako dan 1000 minyak murah dengan harga Rp 25 ribu per 2 liternya dengan syarat membawa KTP.
Masih tingginya harga minyak di pasaran terutama pasar tradisional menjadi latar belakang terlaksananya operasi pasar tersebut. Aturan yang berlaku hanya untuk toko ritail, membuat pedagang toko tradisional memerlukan waktu untuk penyesuaian.
Ia juga menyampaikan, Harga Eceran Tertinggi (HET) saat ini untuk kemasan premium Rp 14 ribu per liter, untuk kemasan sederhana Rp. 13.500 , dan minyak curah Rp 11 ribu per liter mulai 1 Februari 2022. Meski begitu, operasi pasar akan terus dilakukan hingga harga minyak goreng stabil.
Gubernur Khofifah menyakinkan stok minyak goreng di Jawa Timur masih cukup, sebab pemerintah penyiapan subsidi dengan jumlah sangat banyak. Agar sampai di tangan masyarakat dengan harga sesuai aturan, maka harus ada pengawasan. "Rantai pasokan harus dijaga dari hulu hilir, sehingga terjamin stok cukup distribusi lancar dan harga sesuai dengan aturan Kementerian Perdagangan," pungkasnya. (nurul jamilah/hei)