GUNA TINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN, DINAS PERTANIAN LAKUKAN INOVASI

Tubankab - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban intens melakukan sejumlah inovasi guna meningkatkan produksi pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas.

“Kami membuat inovasi baru seperti, alokasi usaha petani padi (AUTP) dan alokasi pupuk serta cara penanamannya,’’ kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban Murtadji, S.Pi, MM saat ditemui wartawan di sela-sela kesibukan di kantornya, Jum’at (21/04).

Menurut Murtadji, untuk alokasi pupuk mulai tahun ini akan disesuaikan dengan luas lahan dan luas tanam. Ini dilakukan karena tahun sebelumnya, pendistribusian pupuk dilakukan secara merata setiap satu bulan sekali. Akibatnya, petani yang tidak melakukan tanam pasti tidak membeli pupuk, sehingga berakibat pada penumpukan pupuk di kios-kios.

“Kita coba berikan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Kita ubah sistem alokasi pupuk menjadi sesuai luas lahan dan luas tanam,” jelas Murtadji.

Lebih lanjut mantan Camat Bancar ini juga menambahkan, meskipun lahan yang dimiliki sempit, tanamnya bisa 3 kali untuk padi dan jagung, sehingga akan mendapat alokasi pupuk yang lebih besar dibanding yang lahannya luas.

Masih menurutnya, saat ini agar alokasi pupuk ini sesuai harapan, dia membuat kelompok di medsos untuk semua UPTD yang ada di kecamatan. Semua UPTD setiap harinya wajib melaporkan kepadanya guna memantau perkembangan pupuk.

“Laporan yang diberikan akan langsung masuk ke telepon seluler saya, dan laporan tersebut harus disertai foto sebagai bukti agar tidak hanya menjadi laporan, asal bos senang (ABS),” bebernya.

Dia menambahkan, jika kelompok di medsos ini dibuat dengan tujuan agar dinasnya dapat langsung mengambil langkah, apabila ada kendala yang di temui di lapangan.

“Jadi wajib melaporkan, baik ada maupun tidak ada pupuk, sehingga kita tahu kalau ada keterlambatan,’’ imbuh Murtadji.

Dia menjelaskan, inovasi lain yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian Tuban, yakni AUTP. Sebelum 2017 petani sangat kesulitan mengklaim dana asuransi tersebut. Namun mulai tahun ini dinasnya sudah berupaya agar para petani yang mengikuti AUTP bisa mengklaim asuransi yang dananya sebesar Rp.1,6 miliar sudah dicairkan oleh Jasindo.

“Jasindo sudah mencairkan dana Rp. 1,6 miliar untuk petani di Kabupaten Tuban, yang mengalami gagal panen akibat banjir dan wabah penyakit,” jelas Murtadji.

Lebih jauh dirinya menjelaskan, dana asuransi ke Jasindo sekitar Rp.180.000 per hektar, dan pemerintah membantu sebesar 80 persen atau sekitar Rp.144.000, sehingga petani hanya perlu membayar Rp. 36.000 per hektare.

“Alhamdulillah berkat komunikasi dan koordinasi yang baik dengan Jasindo, tahun ini Tuban dijadikan percontohan untuk AUTP. Petani tidak perlu membayar yang Rp. 36 ribu tadi untuk musim panen April-September, karena sistem asuransi ini setiap musim, dana itu akan dicarikan melalui dana CSR dan itu Jasindo yang mencarikan,” bebernya.

Di samping dua inovasi yang sudah disebutkan oleh Kepala Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban, inovasi lain yang digalakkan oleh pihaknya yakni sistem jajar legowo super (Jarwo-Super). Menurutnya, Jarwo Super ini merupakan suatu strategi yang bisa digunakan oleh petani untuk meningkatkan produksi panen di lahan yang dimiliki, dengan cara rekayasa teknologi, mengkondisikan tanaman padi yang ada di pinggir atau tanaman yang berselang (jarak) 1 baris tanaman dan 2 baris kosong.

“Dengan cara ini sinar matahari akan mudah masuk, mempermudah pemupukan dan pengobatan, sehingga meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi panen,” terang pria berkacamata ini.

Murtadji menambahkan, di samping itu (Jajar Legowo) digunakan juga varietas super atau unggul. Ini dilakukan agar petani memiliki produksi yang lebih baik, selain itu varietas super memiliki keungulan lebih tahan terhadap wabah penyakit.

Alasan lain, menurut Murtadji, digunakannya varietas super tidak lain adalah, kondisi petani yang apabila tanamnya bersamaan akan memunculkan kesulitan mencari tenaga kerja. “Seperti kita tahu, yang biasanya tandur itu kan ibu-ibu, termasuk juga waktu panen, generasi muda masih sedikit yang mau terjun ke bidang ini (pertanian),” terangnya.

Masih menurut Murtadji, inovasi Jarwo Super akan berdampingan dengan pemanfaatan Alsintan (alat mesin pertanian) dalam memaksmalkan produksi panen, “Mulai dari tanam sampai dengan panen akan menggunakan mesin, sehingga terdapat efisiensi cost, karena tenaga kerja tidak terlalu banyak,” ujar Murtadji.

Pemanfaatan Alsintan ini, lanjutnya, berkaca pada musim panen pertama (pada musim penghujan) hampir semua petani melakukan tanam secara bersamaan. Ini akan menimbulkan kendala pencarian tenaga kerja. Dengan adanya Alsintan diharapkan tidak akan ada lagi kekhawatiran terkait tenaga kerja.

Murtadji mengungkapkan, selain untuk menekan biaya, Alsintan juga bertujuan untuk menghasilkan produk pertanian/ panen yang lebih baik daripada produk yang dipanen secara manual. “ Harga yang dipatok oleh Bulog maupun mitra-mitra lainnya tentu akan lebih tinggi, mengingat produk yang dipanen dengan Alsintan memiliki hasil yang lebih bersih,’ ungkap Murtadji.

Melalui inovasi yang dikembangkan oleh Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban, tuturnya, pemerintah akan menyisipkan harapan. Untuk 2017 dan tahun-tahun berikutnya, pemerintah dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) sudah menjadi keluarga besar, sehingga apabila ada permasalahan yang belum bisa diselesaikan di tingkat kecamatan bisa langsung menghubunginya. Dengan begitu pemerintah bisa mengambil langkah yang tepat.

“Dari hubungan harmonis ini, kami berharap program-program dari pemerintah benar-benar buttom-up bukan up-down, sehingga mereka (petani) sudah tahu dan tidak ragu dengan kebutuhan yang diperlukan,” pungkas Murtadji. (nng/hei)

comments powered by Disqus