Foto : Direktur Yayasan Paramitra Jawa Timur, Asiah Sugianti. (tauviq)

Jawa Timur Penyumbang Angka Kebutaan Tertinggi

Tubankab - Provinsi Jawa Timur, menjadi penyumbang angka kebutaan tertinggi di Indonesia, yakni dengan memiliki prevalensi kebutaan tertinggi sebesar 4,4 persen dari total penduduk dengan usia di atas 50 tahun sebanyak 9.145.027 orang. Di Kabupaten Tuban sendiri mencapai sekitar 10.446 orang menurut hasil Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RABB), dan salah satu penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan tersebut adalah katarak.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Yayasan Paramitra Jawa Timur, Asiah Sugianti kepada reporter tubankab.go.id di ruang rapat lantai 1 Setda Tuban setelah kegiatan Sosialisasi Pembentukan Komite Mata Daerah (Komatda) Kabupaten Tuban, kemarin.

Atas dasar tersebut, Yayasan Paramitra Jawa Timur bersama Pemkab Tuban yang didukung Christopel Blind Mission (CBM) Indonesia membentuk program Inclusive System for Effective Eye care (I-SEE) sejak Maret lalu, guna membangun sistem layanan kesehatan mata yang komprehensif dan inklusif di Kabupaten Tuban. Selain itu, di Jawa Timur sendiri, baru terdapat 2 kabupaten yang dipilih untuk dilaksanakannya program ini, yakni Kabupaten Tuban dan Kabupaten Probolinggo.

Program I-SEE ini, sebelumnya diawali dengan penyamaan persepsi di Surabaya dengan mengundang stakeholder terkait dari Kabupaten Tuban dan Kabupaten Probolinggo untuk kemudian mendetailkan rencana program selama 5 tahun dan 1 satu tahun pertama program I-SEE ini.

Dijelaskan Asiah, begitu panggilan akrabnya bahwa pada 2018 ini, terdapat 11 dari 33 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Tuban yang sudah masuk dalam program pelatihan kesehatan refraksi mata, yakni Puskesmas Tuban Kota, Wire, Palang, Widang, Jenu, Tambakboyo, Bulu, Temandang, Montong, Rengel, dan Soko. Sedangkan 22 puskesmas sisanya akan dilaksanakan secara bertahap pada tahun berikutnya.

Program yang akan dilaksanakan hingga 5 tahun ke depan ini, salah satunya untuk penguatan SDM kesehatan, yakni refresher dokter umum puskesmas di masing-masing puskesmas kaitannya dengan kesehatan mata. Sehingga, lanjut Asiah, nantinya dokter umum puskesmas tersebut, akan siap untuk menerima rujukan refraksi mata dari masyarakat dan tidak langsung selalu dilempar ke rumah sakit.

Selain itu, pihaknya juga telah memberikan pelatihan kepada Community Eye Nurse (CEN) atau perawat mata yang sudah ditunjuk oleh kepala puskesmas masing-masing wilayah, untuk kemudian dilatih oleh tim dokter spesialis mata RS dr. Soetomo Surabaya, lengkap dengan teori maupun praktik, serta ilmu komunikasi dan teknik fasilitasi untuk pelatihan guru dan pelatihan kader.

Ditambahkannya, terdapat 4 puskesmas yang dipilih di Kabupaten Tuban guna melatih kader dan guru terkait skrining kesehatan mata, yakni Puskesmas Soko, Wire, Widang, dan Jenu.

Ia melanjutkan, kemudian perawat mata yang terpilih tersebut, akan melatih kadernya di wilayah 11 puskesmas kaitannya dengan kesehatan mata, terutama katarak. Selanjutnya, para kader tersebut, dilatih praktik agar terampil dalam mendeteksi dini ketajaman mata, dengan hitung jari dan kartu-E. “Dan sudah 67 persen kader yang melakukan itu serta merujuk ke puskesmas masing-masing, artinya kader sudah percaya diri untuk melaksanakan hal tersebut,” ungkapnya.

Setelah mendapat pelatihan tersebut, nantinya perawat mata dan dokter puskesmas ini akan diprogramkan untuk melatih para guru dari SMP/MTS. Sejauh ini, yang sudah dilatih ialah sebanyak 55 guru dari 55 sekolah SMP/MTS di Kabupaten Tuban. Sehingga, dikatakan Asiah, guru tersebut sudah siap untuk menguji/skrining ketajaman mata siswa masing-masing sekolah.

Walaupun program ini kaitannya dengan kesehatan, ia menegaskan bidang pendidikan juga masuk dalam sistem di dalam program tersebut. “Kalau dulu kan semuanya diserahkan kepada dinkes, sekarang ganti jemput bola, guru yang sudah dilatih akan melakukan skrining secara rutin, dan dia yang akan merujuk ke puskesmas,” ucapnya.

Dikarenakan saat ini masih berbarengan dengan padatnya kegiatan sekolah, pihaknya berencana pada sisa Desember hingga bulan-bulan berikutnya akan melakukan tes ketajaman mata secara rutin di sekolah masing-masing.

Ia menambahkan, pertemuan dengan tokoh formal dan non formal desa, sebelumnya juga telah dilaksanakan guna memberi wawasan tentang pentingnya kesehatan mata serta kepedulian desa terhadap kesehatan mata. “Pihak desa sangat antusias terhadap peduli kesehatan mata ini. Dan selanjutnya secara bertahap di tahun berikutnya, akan direalisasikan desa sehat mata,” jelasnya.

Menurutnya, pelatihan kader, guru, dan tokoh formal maupun non formal desa tersebut, masuk dalam pelatihan kepada SDM komunitas, di mana pelatihan SDM komunitas merupakan bagian kegiatan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam program pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan. Tepatnya, dari kegiatan tersebut, diharapkan kader dan guru dapat melakukan skrining tajam penglihatan, katarak, dan refraksi kepada lansia dan murid, guna merujuknya ke layanan kesehatan.

Selain itu, ia menambahkan, apabila nantinya sudah terbentuk Komatda Kabupaten Tuban, maka untuk selanjutnya, pihaknya akan merancang rencana strategis Komatda yang nantinya dalam menjalankan kegiatan Komatda, tidak harus bergantung kepada pemerintah. Jika sistem ini sudah kuat dan berjalan, ia berharap agar nantinya program tersebut dapat direplikasi di kabupaten lain di Jawa Timur. (tauviqurrahman/hei)

comments powered by Disqus