Kisah Perjuangan Devi yang Mampu Ubah Ubi Talas Jadi Camilan Unggulan
- 29 June 2024 13:30
- Heri S
- Umum,
- 326
Tubankab - Siapa sangka, tumbuhan talas ternyata bisa diolah menjadi camilan lezat dan sehat. Adalah Devi Nur Lailia (35), warga Desa Jethak, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban, yang mampu mengolah talas menjadi camilan sehat yang banyak digemari tersebut.
Sejak memulai usaha makanan ringan pada tahun 2016 silam, Devi menciptakan inovasi keripik talas yang kini menjadi salah satu produk unggulan dengan label "D'Queen Official". Devi mengungkapkan bahwa dirinya memulai usaha ini penuh dengan perjuangan, termasuk jatuh bangun pascaperceraian dengan mantan suaminya, berpindah lokasi usaha, dan terus berinovasi.
Bermodalkan doa dari kedua orang tuanya, Devi memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya di Desa Jethak pada tahun 2021. Setelah satu tahun beristirahat dan menata hati, ia bergabung dengan komunitas UMKM dan mulai membuka kembali usaha camilannya yang mendapat banyak permintaan dari konsumen.
Pada tahun 2022, Devi mencoba inovasi baru dengan memanfaatkan hasil pertanian lokal seperti talas. Ia juga memproduksi banana sweet dengan bumbu rujak siap saji dan beberapa produk lainnya. Keripik talasnya tersedia dalam berbagai varian rasa seperti pedas, sapi panggang, dan balado, sedangkan keripik banana sweat hadir dengan rasa cokelat, matcha, dan karamel.
Devi menjelaskan, salah satu produknya, keripik banana sweet varian rasa cokelat, berhasil meraih juara kedua dalam lomba One Village One Product (OVOP) Tahun 2023 se-Kabupaten Tuban. Diketahui, produk ini diolah dari pisang bangil dengan teknik khusus.
"Bisa dibilang banana sweat rasa cokelat jadi unggulannya Kecamatan Montong, yang pernah menjadi juara 2 lomba OVOP Kabupaten Tuban," terangnya kepada tim LPPL Radio Pradya Suara, Sabtu (29/06).
Untuk kemasan premium, Devi mematok harga mulai dari Rp 14 ribu untuk keripik talas dan Rp 17 ribu untuk keripik banana sweet. Selain dijual dalam kemasan kecil, keripik pisang buatannya juga dipasarkan dalam takaran besar, dengan harga Rp 75 ribu per kilogram dan Rp 40 ribu untuk setengah kilogram, sedangkan keripik ubi talasnya dijual dengan harga Rp 65 ribu per kilogram dan Rp 35 ribu per setengah kilogram. Produk lainnya seperti baso aci dan seblak instan dijual seharga Rp 5 ribu untuk kemasan mini dan Rp 9 ribu untuk kemasan besar, sementara bumbu rujak dibanderol Rp 15 ribu.
Lebih lanjut, Devi mengungkapkan bahwa produk buatannya kini mengisi rak jajanan di beberapa pasar modern di Kota Tuban seperti Bravo Samudra, Indomart, hotel-hotel, toko oleh-oleh khas Tuban, dan WBL Lamongan. Tak hanya menjangkau daerah tetangga, Ia juga memiliki reseller di Surabaya dan menjual produknya secara online melalui marketplace.
“Seluruh produk D'Queen Official sudah memiliki sertifikat halal dan izin PIRT, serta tahan hingga satu tahun meskipun tertera 7 bulan pada kemasan,” ujarnya.
Perempuan yang saat ini menjabat sebagai ketua OK OCE Kabupaten Tuban itu mengungkapkan, omzet penjualan snack keringnya bisa mencapai profit dua kali lipat dari harga pokok penjualan. Menurutnya, bergabung dengan komunitas UMKM dinilai sangat membantu baik dalam pemasaran, perizinan, dan pengembangan usahanya.
Di samping itu, tujuannya mendirikan rumah produksi tak lain untuk memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya ibu-ibu, dan mengurangi angka pengangguran. Ia merasakan dukungan yang luar biasa dari Pemerintah Kabupaten Tuban, terutama dari Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzki, yang memberikan bantuan alat produksi dan mengadakan berbagai event untuk pelaku UMKM.
Devi berharap seluruh UMKM pemula di Kabupaten Tuban tetap konsisten, berinovasi, memahami segmen pasar, dan menghitung harga pokok penjualan dengan rinci agar tidak merugi. Ia juga mendorong para pelaku UMKM untuk mengikuti pelatihan dan workshop dari komunitas atau dinas terkait.
“Sebelum memulai membuat produk, dipikir segmentasi pasarnya, jangan sampai tenaganya tidak terbayar, dan ikut serta workshop pelatihan dari komunitas UMKM atau dinas terkait, supaya terarah dan tidak rugi,” pungkasnya. (yulia/yavid/hei)