Masyarakat Tuban Didorong Aktif Cegah DBD Lewat PSN dan Edukasi Sejak Dini
- 20 May 2025 15:45
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 43
Tubankab – Lonjakan kasus Demame Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tuban menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Hingga pertengahan Mei 2025, tercatat 355 kasus, dengan 7 kematian. Mirisnya, sebagian besar korban merupakan anak-anak berusia 7 hingga 9 tahun.
Kondisi ini disoroti dalam Dialog Ekspansi Radio Pradya Suara Tuban edisi Selasa (20/05) yang mengangkat tema Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menghadirkan narasumber Analis Penyakit Menular Dinas Kesehatan P2KB Tuban, Susilowati, S.Kep., Ns., yang menekankan bahwa pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus menjadi langkah utama dalam menanggulangi DBD, bukan sekadar mengandalkan fogging.
Ia menjelaskan, penyemprotan insektisida hanya bersifat sementara. Jika dilakukan secara berlebihan, justru dapat memicu resistansi nyamuk aedes aegypti terhadap bahan kimia yang digunakan. “Semakin sering dilakukan fogging, justru bisa menyebabkan nyamuk makin kebal dan kasus makin bertambah,” tegasnya. Selain itu, fogging juga berpotensi mengganggu kesehatan, khususnya pada anak-anak.
Sebagai solusi yang lebih efektif, masyarakat diimbau melaksanakan PSN secara konsisten dengan metode 3M Plus: menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menambahkan upaya pencegahan lain seperti penggunaan kelambu, kasa nyamuk, lotion antinyamuk, dan larvasida (abate). “Abate bisa diperoleh secara gratis di puskesmas atau dari bidan desa,” imbuhnya.
Susi—sapaan akrab Susilowati—juga menekankan pentingnya mengubah kebiasaan di rumah. Salah satunya dengan tidak menggantung pakaian terlalu banyak di dalam kamar, karena dapat menjadi tempat persembunyian nyamuk. Tempat minum ternak, seperti ayam, burung, atau sapi, juga perlu dibersihkan secara rutin agar tidak menjadi sarang jentik.
Ia juga mendorong pemanfaatan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender dan serai. Namun, ia mengingatkan agar tanaman tersebut tetap dirawat dengan baik. Jika dibiarkan menampung air hujan, tanaman justru bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. “Tanaman bisa membantu, tapi jangan dibiarkan jadi sarang nyamuk baru,” katanya.
Lebih jauh, Susilowati menyoroti pentingnya kewaspadaan orang tua terhadap gejala DBD. Anak yang mengalami demam tinggi lebih dari dua hari sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk menjalani pemeriksaan cepat (Rapid Test DBD). Pasalnya, masa kritis penyakit ini umumnya terjadi setelah demam menurun, yakni pada hari keempat hingga ketujuh.
“Orang tua sering kali lengah saat demam anak turun. Padahal, itu masa paling rawan. Jangan terburu-buru memulangkan anak dari rumah sakit,” tegasnya.
Untuk memperkuat upaya pencegahan, Dinkes P2KB Tuban juga mendorong pelaksanaan kerja bakti serentak antarwilayah. Jika hanya satu desa yang aktif melakukan pembersihan lingkungan, nyamuk dapat berpindah ke desa lain. Karena itu, diperlukan koordinasi antara warga dan pemerintah desa agar pemberantasan DBD lebih efektif dan menyeluruh.
Di akhir dialog, Susi kembali mengingatkan masyarakat untuk segera memeriksakan diri atau anggota keluarga di fasilitas kesehatan jika ditemukan gejala DBD. “Segera periksa ke puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan terdekat,” pesannya. (yavid rp/hei)