Melongok Paguyuban Mugi Rahayu Lestarikan Gamelan
- 19 January 2023 14:16
- Yolency
- Umum,
- 708
Tubankab - Gamelan resmi ditetapkan sebagai Intangible Cultural Heritage atau Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ke-12 dari Indonesia oleh UNESCO tahun 2021 yang lalu. Gamelan sendiri merupakan alat musik tradisional yang sering ditemui di berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Bali, Madura, dan Lombok.
Istilah gamelan Jawa mengacu secara umum kepada gamelan di Jawa Tengah. Alat musik ini diduga sudah ada di Jawa sejak tahun 404 Masehi. Hal tersebut terlihat dari adanya penggambaran masa lalu di relief Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id UNESCO mengatakan nilai filosofi gamelan lebih dari sekadar pertunjukan. Gamelan juga berperan sebagai sarana ekspresi budaya serta membangun koneksi antara manusia dengan semesta. UNESCO juga menilai gamelan yang dimainkan secara orkestra mengajarkan nilai-nilai saling menghormati, mencintai, dan peduli satu sama lain.
Di masa penuh kecanggihan saat ini, di mana batasan-batasan antarwilayah dan antarnegara menjadi sangat semu, berbagai produk budaya juga sangat mudah diakses oleh generasi muda. Masuknya beragam musik, tarian, film dan budaya asing tersebut jangan sampai menggerus budaya-budaya asli Indonesia sehingga terlupakan dan hilang begitu saja tanpa terwariskan.
Hal inilah yang mendorong Sutrisno (44) warga Desa Tobo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban mendirikan Paguyuban Mugi Rahayu pada tahun 2011 yang lalu. Nama Mugi Rahayu diambil dari Ladrang Mugi Rahayu ciptaan Ki Nartosabdo seorang maestro gamelan dari Jawa Tengah.
Sutrisno menceritakan bahwa asal muasal berdirinya Mugi Rahayu adalah ketika dia memiliki alat musik gamelan, saat bulan puasa dipakai untuk membangunkan sahur dan dipadukan dengan kentongan dan bedug.
“Berawal dari puasa itu, ternyata banyak yang berminat untuk belajar gamelan dan membuat paguyuban,” terang Sutrisno saat dihubungi oleh Reporter Diskominfo-SP, Kamis (19/01).
Setelah berjalan cukup lama dan bisa tampil di beberapa tempat, Sutrisno mencoba membuat alat musik gamelannya sendiri seperti gender, saron dan lainnya, juga membuat nada keyboard gamelan.”Alhamdulillah, ternyata banyak yang berminat dan suka,” ujarnya.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengrawit ini bersyukur karena adanya dukungan dari Pemerintah Desa Tobo yang berencana membuat sanggar seni dan bengkel untuk pengrajin gamelan. “Biasanya belajar di rumah saya, jika sanggar seni sudah jadi bisa dipakai belajar gamelan oleh anak-anak di sini.” Tutur Sutrisno.
Sutrisno berharap dengan semakin banyak yang belajar tentang gamelan maka budaya asli nenek moyang ini tidak akan punah dan semakin banyak peminat. “Jika ada masyarakat yang ingin mengundang Mugi Rahayu untuk tampil atau memesan alat musik gamelan bisa menghubungi saya di nomor whatsapp 085859939532 dan instagram atau facebook trismugirahayu,” pungkasnya. (dadang bs/hei)