Foto : Gubernur Jatim dan Bupati Tuban saat panen raya padi di Desa Ngadirejo. (mct)

Panen Raya Padi, Gubernur Khofifah : Hadapi Krisis Pangan, Kita Gunakan Alsintan Modern, Tingkatkan Produksi Pertanian

Tubankab - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky melaksanakan panen raya padi di Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Rabu (08/03).

Usai melaksanakan apel gelar pasukan dalam memperingati HUT ke-73 Satpol PP, HUT ke-61 Linmas dan HUT ke-104 Damkar dan Penyelamatan, yang dilaksanakan di Alun-alun Tuban, Gubernur Jawa Timur beserta Bupati Tuban langsung bertolak ke Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang.

Dalam panen raya tersebut, Gubernur Khofifah bersama Bupati Tuban memperkenalkan jenis alsintan modern yang telah banyak digunakan oleh petani negeri Sakura Jepang, yaitu combine harvester, yang digunakan untuk memanen padi di lahan seluas 1 hektare lebih di area sawah desa setempat.

Khofifah menyebutkan, krisis pangan menjadi perhatian dari pemerintah. Untuk itu peningkatan produksi pertanian harus segera dilaksanakan. Penggunaan alsintan modern berupa combine harvester ini, di mana bisa sekaligus melakukan 3 operasi yang berbeda, yaitu menuai, merontokkan, dan membajak sawah sekaligus. Hal ini akan meminimalkan jumlah bulir gabah yang terbuang, sehingga akan meningkatkan nilai produksi petani. Selain itu, dengan satu pengoperasian bisa melakukan tiga hal, dapat menekan angka biaya tenaga kerja dan mengefisiensikan usaha tani.

"Jadi, gabah yang dipanen tidak bertebaran namun langsung masuk ke dalam wadah atau karung," ungkap Khofifah kepada awak media.

Ia melanjutkan, jika menggunakan metode panen tradisional angka gabah yang hilang bisa mencapai 10 hingga 11 persen. "Dari jumlah panen Provinsi Jawa Timur sebanyak 9,8 juta ton, maka artinya angka gabah yang bisa diselamatkan sebesar 1 juta ton," lanjut Khofifah.

Sebagai provinsi penghasil padi dan beras tertinggi nasional di tahun 2021 dan 2022, BPS juga telah memprediksi Jawa Timur akan surplus beras hingga 1,13 juta ton di periode panen Maret hingga April 2023 ini. Adapun di tahun 2022 angka surplus beras Jawa Timur mencapai 3,1 juta ton yang dipasok ke 16 provinsi di Indonesia bagian timur.

"Angka tersebut bukan perhitungan hasil produksi, namun hasil perhitungan dari kebutuhan masyarakat Jawa Timur sebanyak 257.000 ton yang telah terpenuhi. Sisanya baru kita hitung surplus," terang Khofifah.

Menurut Khofifah, hal tersebut dapat dicapai dengan adanya monitoring dan intervensi, sehingga nilai produksi dapat terus ditingkatkan dan bisa menguntungkan petani serta menyediakan masyarakat dengan harga beras yang terjangkau.

"Salah satunya juga dengan memperkenalkan alsintan modern ini, agar petani lebih mudah dalam proses panen dan menekan angka produksi," ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut juga dilaksanakan dialog bersama Gubernur dan Bupati Tuban dengan gapoktan setempat. Dipandu langsung oleh Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, para petani mengeluhkan tentang bantuan permodalan hingga harga pupuk yang mahal. Menanggapi hal tersebut, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyebutkan, Pemprov melalui Bank UMKM dengan total pinjaman maksimal Rp 50 juta dengan bunga 3 persen per tahun. "Monggo, Bapak Ibu bisa memanfaatkan program ini," ucapnya di hadapan para petani.

Mengenai harga pupuk yang mahal, Gubernur Jatim menjelaskan jika hal tersebut terjadi sebagai dampak perang antara Ukraina dan Rusia, yang menyebabkan harga fosfat melambung tinggi. “Ini terjadi di seluruh dunia, sehingga imbasnya nilai RDKK untuk pasokan subsidi jenis pupuk fosfor atau fosfat kita kurangi," jelentrehnya.

Namun demikian, ia menegaskan telah meminta pupuk jenis SP 36 untuk kembali disubsidi kepada presiden. "Saya sudah ajukan permintaan kepada presiden tentang hal ini. Kita lihat nanti seperti apa ke depannya," pungkasnya.

Sementara itu, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky di kesempatan yang sama juga mengungkapkan, peningkatan produksi pertanian Kabupaten Tuban di tahun 2022 mengalami peningkatan dua hingga empat persen, terutama untuk jagung. Hal tersebut bisa dicapai dengan melaksanakan program peningkatan produksi yang terintegrasi dengan program provinsi dan nasional. Salah satunya dengan bantuan alsintan untuk meminimalkan biaya produksi petani.

Menurutnya, penggunaan combine harvester yang bisa digunakan untuk padi, gandum, jagung, kedelai dan lainnya, selain mempercepat proses panen juga dapat mengurangi penyusutan hasil gabah.

"Jadi mengurangi jumlah padi yang dibuang yang nantinya akan berpengaruh pada penambahan nilai produksi padi kita, dan Alhamdulillah petani kita sudah menggunakannya," katanya.

Selain itu, Mas Lindra juga menyampaikan perihal bantuan permodalan dari bank UMKM Provinsi Jawa Timur. Ia meminta agar petani bisa memanfaatkan program permodalan tersebut. "Pemprov telah memberikan subsidi sebesar 6 persen untuk program ini hingga bunganya tinggal 3 persen saja. Akan disosialisasikan terus dan mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk petani kita," tutup Mas Lindra.

Panen raya yang dilaksanakan di persawahan Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban dengan luas panen mencapai 140 hektare, dengan pola produktivitas 7,6 ton/hektare gabah kering panen (GKP) dengan kelompok tani Tawang Raya. Varietas padi yang ditanam adalah jenis Inbrida Padi Sawah Irigasi (inpari) 32 HDB. Varietas tersebut memiliki keunggulan, yaitu hasil panen lebih tinggi bila dibanding varietas eksistensi. Rerata 6,30 ton/hektare gabah kering giling (GKG), potensi hasil 8,43 ton/hektare GKP, dan terkenal tahan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB). (nurul jamilah/hei)

comments powered by Disqus