Foto :PKK bersama Puskesmas Singgahan saat Sosialisasi Pencegahan Stunting.(ist)

Pemkab Tuban Targetkan Angka Stunting Turun Jadi 14 Persen di Tahun 2024

Tubankab - Pemkab Tuban berkomitmen melakukan percepatan penanganan stunting di Kabupaten Tuban. Pasalnya, stunting bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan pada otak anak. Tingginya angka stunting akan berdampak pada kualitas SDM Kabupaten Tuban di masa mendatang. Hal ini menjadikan percepatan penanganan stunting menjadi atensi mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga tingkat desa.

Kabid Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinkes P2KB Tuban, dr. Atiek Supartingsih mengungkapkan percepatan penanganan stunting bukan hanya berkaitan dengan kesehatan. Lebih dari itu, penanganan stunting juga mencakup aspek sosial, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi masyarakat. Pemkab Tuban telah membentuk tim percepatan penanganan stunting hingga tingkat desa.

“Diperlukan konvergensi langkah dan kebijakan secara menyeluruh agar angka stunting di Kabupaten Tuban dapat diturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024,” ungkap dr. Atiek kepada awak media, Kamis (11/05).

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 dari Kemenkes RI, angka stunting di Kabupaten Tuban pada tahun 2022 sebesar 24,9 persen. Angka tersebut masih di atas prevalensi Jawa Timur sebesar 19,2 persen maupun nasional sebesar 21,6 persen. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Tuban berada di peringkat 8 tertinggi prevalensi balita stunting di provinsi Jawa Timur.

Atiek Supartingsih menjelaskan beberapa faktor penyebab tingginya stunting, di antaranya kurangnya pemahaman masyarakat perihal makanan bergizi kepada anak. Selanjutnya, ketidakmampuan masyarakat membeli bahan makanan dan tempat tinggal tidak layak (tidak memiliki sanitasi yang baik) menjadi permasalahan lain yang harus ditemukan solusinya secepat mungkin.

Lebih lanjut, kebijakan penanganan stunting harus dilakukan dari hulu hingga hilir. Mulai dari edukasi remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca-melahirkan, bayi di bawah dua tahun, dan bayi di bawah lima tahun. Upaya pencegahan dari hulu akan mampu meminimalkan lahirnya bayi dengan kondisi stunting.

Dinkes-P2KB Kabupaten Tuban intens mengedukasi masyarakat dan pelajar mulai dari tingkat SMP perihal pencegahan stunting. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah mengubah pola pikir masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta mengonsumsi makanan bergizi.

“Kami berupaya semaksimal mungkin meningkatkan pemahaman masyarakat agar generasi penerus Kabupaten Tuban menjadi generasi sehat dan unggul,” tuturnya.

Masyarakat, terang Atiek, diharapkan mendukung upaya pencegahan stunting yang dijalankan Pemkab Tuban hingga tingkat rumah tangga. Di samping itu, masyarakat diimbau untuk mengonsumsi makanan bergizi. Makanan bergizi adalah yang cukup komposisi gizinya mulai dari karbohidrat, protein, vitamin, dan mineralnya. Menurutnya, makanan bergizi tidak harus mahal dan dapat diperoleh dari pasar tradisional. (m agus h/hei)

comments powered by Disqus