Foto : Petugas saat memeriksa kesehatan sapi yang didiga kena LSD. (mila)

Penyebarannya Cepat, Kasus LSD Pada Hewan Melesat

Tubankab - Setelah Penyakit Mulut dan Kuku  (PMK), satu lagi virus yang menyerang ternak mulai mewabah di Indonesia , yaitu Lumpy Skin Disease-LSD/ atau disebut juga penyakit kulit berbenjol. Kabupaten Tuban pun tak luput dari serangan virus ini, dan telah ditemukan kasus penularan sejak awal 2023 lalu.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikan (DKP2P) Kabupaten Tuban Pipin Diah Larasati mengungkapkan, LSD adalah penyakit yang menimbulkan dampak ekonomi, khususnya untuk masyarakat peternak rakyat. Untuk itu, kasusnya wajib dilaporkan, karena penyebarannya sangat luas.

“Harus bisa ditanggulangi dan dikendalikan secepatnya, jadi pelaporan dari masyarakat sangat berperan penting ,” ucap Pipin, Rabu (05/04).

Sejak akhir Januari lalu  hingga saat ini, tercatat ada 650 ekor sapi yang terjangkit LSD dengan 165 di antaranya masih dalam keadaan sakit,  2 ekor mati, dan 1 potong paksa. Meskipun risiko kematian kurang dari 10 persen, LSD memiliki kekuatan penularan sangat cepat,  yaitu melalui sentuhan baik tangan manusia dan bahan material lain yang telah terkontaminasi cairan tubuh dari ternak yang sudah terpapar. Selain itu, melalui gigitan nyamuk, lalat, dan caplak yang telah mengisap ternak yang terpapar.

Pipin mengungkapkan, karena takut ternak mereka mati, terjadi panic selling di kalangan peternak. “Hal ini akan menambah daftar panjang penularan, jadi jangan diperjualbelikan untuk menekan angka penularan,” ungkap Pipin.

Untuk itu, ia meminta kepada peternak agar ternak yang tertular diisolasi dan tidak boleh ada di lalulintas jual-beli ternak. Apalagi, masa inkubasi LSD sangat panjang , yaitu 1 hingga 28 hari baru bisa terlihat gejalanya. “Diisolasi dulu, kita obati dulu, jangan dijual,” tegasnya.

Pipin menjelaskan, meski belum tersedia vaksin, LSD sebenarnya dapat disembuhkan  dengan treatment alami  terapi suportif , yaitu meningkatkan daya tahan tubuh dan menangani gejala yang timbul dan mengurangi resiko penularan,  serta disinfeksi untuk mengurangi keberadaan virusnya. 

“Manajemen peternakan harus diperhatikan, seperti kebersihan kandang, pakan, petugas kandang harus steril, pakan harus kaya serat dan vitamin E, pemberian ramuan kunyit, madu, dan telur, serta pemberian obat dari petugas kesehatan hewan untuk perawatan mandiri,” jelentrehnya.

Apalagi, di musim hujan saat ini, kondisi lembab sangat disukai virus untuk berkembang. Peternak diminta untuk lebih ekstra dalam memastikan ternak mereka bersih dari segi pakan dan kandang. 

“Virus ini sebenarnya tidak suka dengan matahari, untuk itu, pastikan keadaan kandang bersih dan kering,” lanjut Pipin. (nurul  jamilah/hei)

comments powered by Disqus