PERINGATAN HARI AMAL BAKTI, BUPATI : JADILAH DUTA PENEBAR KEDAMAIAN

Tubankab - Tepat pada hari ini, 3 Januari, 72 tahun silam, Kementerian Agama Republik Indonesia resmi berdiri sebagai bagian dari perangkat bernegara dan pemerintahan. Pada hari itu pula Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai negara yang pertama kali memiliki kementerian di bidang agama.

“Kementerian Agama hadir untuk mengatur, membimbing, melayani, serta melindungi semua pemeluk agama di NKRI. Pelaksanaan tugas dan fungsi kementerian agama menyerupai denyut nadi kebangsaan kita,” tandas Bupati Tuban H. Fathul Huda saat membacakan sambutan tertulis Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Syaifudin pada acara upacara peringatan Hari Amal Bakti Kementerian Agama Republik Indoensia ke-72 di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tuban, Rabu (03/01).

Tak hanya itu, bupati dua periode ini juga menegaskan, kementerian agama juga bertugas sebagai pengawal dasar negara, yakni Pancasila. Di mana, imbuhnya, di dalamnya (Pancasila) mengandung nilai-nilai agama dan mencerminkan jati diri bangsa Indonesia.

Masih menurut bupati asal Desa Talun, Kecamatan Montong ini, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan jantung kebangsaan. Sebab, tempat bertemunya semangat beragama dan cinta tanah air. Sila kedua berintikan ajaran universal semua agama dalam menghargai jiwa, kehormatan, dan kehidupan setiap manusia. Sila ketiga, bermakna ikatan bangsa yang merajut keberagaman, sila keempat merupakan wujud demokrasi yang khas di Indonesia, serta sila kelima, diterjemahkan dalam kebijakan menggerakkan segenap sumber daya, demi perbaikan nasib dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara merata.

“Melihat amat pentingnya tugas itu, maka pada setiap diri aparatur kementerian agama melekat beberapa misi yang saling terkait, dan misi itu antara lain, mengayomi bangsa dengan bimbingan kehidupan beragama yang berkualitas, melebarkan akses pendidikan agama dan keagamaan yang bermutu, memberikan pelayanan keagamaan sesuai kebutuhan, serta menjaga kerukunan hidup antarumat beragama,” terang Huda panjang lebar.

Lebih jauh, suami dari Qodriyah ini mengatakan, pada masa kini, tugas yang diemban oleh kementerian agama semakin berat tantangannya. Sebab, saat ini masyarakat pada umumnya dihadapkan pada zaman yang cepat berubah, berada pada lingkup masyarakat lebih luas yang meliputi global hingga generasi digital.

“Tuntutan publik terhadap kita semakin tinggi, terbuka, dan spontan. Sehingga diperlukan sikap yang tepat dan cerdas dalam merespon tuntutan masyarakat terhadap kementerian agama,” ujar Huda.

Lebih jauh, bupati yang juga seorang ulama ini menuturkan, aparatur kementerian agama tidak boleh lagi bekerja dengan menggunakan “kacamata kuda” yang minim kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Namun, yang perlu dilakukan adalah mendengar aspirasi dari berbagai arah. Dengan harapan agar dapat mencapai target kinerja, sekaligus memenuhi harapan publik. Kemudian, lanjut Huda, melatih kepekaan agar lebih memahami persoalan riil di masyarakat, sehingga dapat menentukan perioritas kerja.

“Dalam bahasa agama langkah ini dikenal dengan istilah taqdimul aham min almuhim, dahulukan yang terpenting daripada yang penting,” ungkapnya.

Menurut bapak 4 orang anak ini, pada Hari Amal Bakti yang ke-72 ini, kementerian agama mengambil tema “Tebarkan Kedamaian”. Tema ini dipilih karena pada hakikatnya agama berfungsi untuk menyemai kebaikan dan menebar kedamaian. Sebab, kedamaian adalah pesan universal semua agama kepada umat manusia.

Tak hanya itu, Huda juga menjelaskan, kedamaian akan membawa kebahagiaan, kedamaian adalah jalan menuju kesejahteraan dan kemajuan, kedamaian merupakan pintu maslahat bersama. Dan hanya dengan hati yang damai, sanubari manusia bisa merasakan kasih sayang Tuhan yang hakiki.

“Oleh karena itu, saya mengajak seluruh aparatur kementerian agama dan semua komponen umat beragama di tanah air agar bersama-sama menjadi duta penebar kedamaian,” ajak Huda.

Huda juga merasa penting untuk menggaungkan pesan kedamaian, agar tidak terjerembab dalam kubangan perseteruan dan jebakan permainan atas nama agama. Jika belum sanggup, imbuh Huda, mengatasi pertentangan dengan seruan kedamaian, setidaknya harus bisa mendamaikan diri sendiri dari nafsu angkara.

Orang nomor satu di Tuban ini juga berpesan, kepada seluruh jajaran kementerian agama, agar memaknai pekerjaan sebagai ibadah. Sebab, bekerja melayani masyarakat adalah sebuah kehormatan.

“Mari mejalankan pengabdian dengan sikap amanah dan keikhlasan, dan jangan sekali-kali mempermainkan jabatan,” pinta Huda.

Di akhir sambutannya, Huda menegaskan, tugas melayani masyarakat sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing, pada hakikatnya adalah pengejewantahan dan manifestasi dari panggilan Tuhan. (nanang wibowo/hei)

comments powered by Disqus