PERINGATAN HARKITNAS, KAPOLRES : SEMANGAT KEBANGKITAN NASIONAL TAK PERNAH PUDAR

Tubankab - Semangat kebangkitan nasional tidak pernah memudar, namun justru semakin menunjukkan urgensi bagi kehidupan bangsa sehari-hari. Padahal semangat ini sudah tercetus sejak 109 tahun yang silam.

“Hal ini ditandai dengan berdirinya Budi Utomo, dan sampai sekarang masih sangat ampuh menyatukan dan menyemangati gerak bangsa Indonesia,” tandas Kapolres Tuban AKBP Fadly Samad, selaku inspektur upacara saat membacakan pidato sambutan Upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) Ke-109 di Alun-alun Kota Tuban, Senin (22/05).

Tak dapat dipungkiri, kata Fadly, tidaklah mudah bagi para pendahulu untuk merajut angan kebangsaan yang ada hingga saat ini. Pasalnya, ketika bangsa ini dirintis, ada banyak kendala yang dihadapi. Kendala-kendala tersebut, jelas Samad, seperti infrastruktur, komunikasi, dan transportasi, serta sumber daya insani yang teguh dengan pemikiran kebangsaan yang masih dapat dihitung dengan jari.

Samad menambahkan, pada awal tahun, Presiden Indonesia Joko Widodo telah mencanangkan penekanan khusus pada aspek pemerataan dalam semua bidang. Aspek ini mendapat perhatian yang sangat tinggi. Pada awal tahun ini, meski angka membaik dibanding tahun lalu, ukuran kesenjangan distribusi pendapatan dan kekayaan penduduk, masih sekitar 40 persen.

“Oleh karena itu, presiden meminta kepada segenap aparat penyelenggara negara bekerja keras menurunkan indeks kesenjangan tersebut melalui berbagai langkah yang multi dimensi,” ujarnya.

Masih menurutnya, berlatar pemikiran tersebut, maka tidak berlebihan jika tema peringatan Harkitnas tahun ini (Pemerataan Pembangunan Indonesia yang Berkeadilan sebagai Wujud Kebangkitan Nasional) merupakan pesan yang tepat, dan seyogyanya tidak hanya tertanam dalam hati, namun juga segera diwujudkan melalui strategi kebijakan dan implementasi pelayanan terhadap masyarakat.

Lebih jauh perwira asal Makasar ini menyampaikan, pemerintah terus berupaya meningkatkan aspek pemerataan pembangunan segala bidang. Samad menyampaikan, salah satu contoh pemerataan yang dilakukan oleh pemerintah yakni, pembangunan di sektor listrik. Pembangunan kelistrikan, terangnya, telah dilakukan di 2.500 desa yang belum mendapat aliran listrik, dan di saat yang sama, kebijakan pemerataan dilakukan melalui subsidi listrik. Dan hal ini berdampak dapat direlokasikannya subsidi listrik tahun 2016 sebesar Rp.12 triliun dialihkan untuk menunjang sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.

“Demikian juga dengan bidang agraria, telah diluncurkan kebijakan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada 3 pilar. Lahan, kesempatan, dan sumber daya manusia. Kebijakan ini menitikberatkan pada reformasi agraria, termasuk legalisasi lahan transmigrasi, pendidikan, pelatihan advokasi, perumahan untuk masyarakat miskin di perkotaan, serta pasar tradisional,” bebernya panjang lebar.

Lebih lanjut, Samad menambahkan, setelah satu abad lebih kebangkitan nasional, telah dimunculkan dimensi baru pada landscape sosial budaya seluruh umat manusia. Perubahan besar telah terjadi, yakni era sekarang sudah memasuki era digitalisasi. Dengan digitalisasi, terang Samad, dampak nyata hampir terlihat di semua sektor.

“Dengan digitalisasi, kemudahan dalam perijinan khususnya bisa terpangkas sampai enam kali lebih cepat. Dari ratusan hari sampai tak terhingga bisa terpangkas secara drastis,” sambung Samad.

Dengan inovasi digital, sambungnya, masyarakat dihadapkan pada kejutan, dan tata cara baru dalam berhimpun dan berkreasi. Sebagian diyakini Samad sangat menguatkan, namun dirinya juga tidak menyangkal jika sebagian juga ada yang mengancam ikatan-ikatan dalam berbangsa dan bernegara.

“Satu hal yang pasti, kita harus tetap berpijak untuk mendahulukan kepentingan bangsa di tengah gempuran lawan-lawan yang semakin tidak kasat mata. Oleh karena itu, kita tidak boleh meninggalkan orientasi untuk terus mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan sosial.

“Semoga kita bisa meniti ombak besar di perubahan digitalisasi, serata berbuah manis bagi orientasi pelayanan kepada masyarakat. Hanya dengan semangat untuk tidak meninggalkan seorangpun yang tercecer di gerbong pembangunan, maka Negara Kesatuan Rerpublik Indonesia (NKRI) akan tetap jaya dan menjadi negara yang besar,” pungkas Samad. (nng/hei)

comments powered by Disqus