Siti Rosyatul Ummah, Siswa Madrasah Al-Hasaniyyah Raih Juara Esai Nasional di Kpimru 2024
- 21 November 2024 09:05
- Heri S
- Umum,
- 216
Tubankab – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh Siti Rosyatul Ummah, siswa Madrasah Aliyah Al-Hasaniyyah, yang berhasil meraih juara dalam lomba esai di ajang Kemah Pramuka Madrasah Nasional (Kpimru) 2024.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, pada 17–22 November 2024 di Cibubur, Jakarta Timur.
Sasa, panggilan akrab Siti Rosyatul Ummah, adalah remaja berusia 17 tahun asal Desa Sendang, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Ia menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Al-Hasaniyyah, yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Daruttautid Al-Hasaniyyah. Pesantren ini didirikan oleh K.H. Mohammad Nashiruddin Qodir pada tahun 1986, sementara madrasah tersebut berdiri sejak 2007.
Dalam kompetisi ini, Sasa memilih tema "Peran Madrasah dalam Mempersiapkan Generasi Muda yang Berdaya Saing Global". Esainya berjudul "Tren Ekosofis sebagai Alternatif Positif atas Ancaman Resources Scarcity di Ruang Publik: Penerapan Ekologi Filosofi Madrasah dalam Mengurangi Konsumsi-Kompulsif dan Eksploitasi Sumber Daya Alam di Era Demografi".
Esai ini terinspirasi oleh kekhawatiran terhadap kerusakan lingkungan akibat konsumsi berlebihan dan eksploitasi sumber daya alam. Sasa menawarkan solusi berupa penerapan kurikulum madrasah berbasis fikih ekologi untuk mengatasi masalah tersebut. Menurutnya, madrasah dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mencetak generasi yang mampu bersaing di kancah global.
Menurut pembina Sasa, Mohammad Lathiful Wahab, yang akrab disapa Lathif, prestasi ini merupakan hasil pembinaan yang konsisten di lingkungan pesantren. Lathif adalah putra asli Plumpang, Tuban, yang berkhidmat di Yayasan Pondok Pesantren Daruttautid Al-Hasaniyyah sekaligus aktif di dunia literasi.
“Kami membimbing santri untuk belajar menulis dan mengekspresikan bacaan setiap hari. Ada dua konsep yang diterapkan: formal melalui ruang digital di madrasah dan Ma’had Aly, serta informal melalui diskusi santai seperti saat nongkrong atau ngopi. Dengan kebiasaan ini, santri tidak hanya siap saat lomba, tetapi juga terbiasa berada di lingkungan literasi yang kuat,” jelas Lathif, Kamis (21/11).
Ia menambahkan bahwa persiapan lomba tidak membutuhkan waktu lama karena pembiasaan literasi sudah menjadi bagian keseharian.
“Kami optimistis bisa juara karena literasi bukan hanya persiapan singkat menjelang lomba, melainkan tradisi pesantren,” tambahnya.
Lathif berharap tradisi literasi dapat terus dipertahankan sebagaimana dilakukan oleh para ulama terdahulu. “Menulis membangun daya baca, analisis, dan kreativitas santri. Jika literasi berkembang, bangsa Indonesia akan memiliki banyak intelektual yang mampu menjaga keutuhan bangsa, terutama di tengah tantangan perang pemikiran yang kompleks,” ungkapnya.
Sementara itu, Sasa mengaku motivasinya mengikuti lomba adalah untuk mengasah kemampuan menulis, yang telah menjadi kegemarannya sejak kecil. Ia berharap keberhasilannya dapat menginspirasi lebih banyak santri untuk aktif menulis dan berkontribusi melalui karya-karya literasi.
“Dengan literasi edukasi yang kuat, madrasah mampu membangun iklim akademik yang profesional dan melahirkan terobosan baru untuk bersaing di tingkat global,” tutur Sasa.
Prestasi yang diraih Siti Rosyatul Ummah tidak hanya mengharumkan nama madrasah dan Kabupaten Tuban, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan berinovasi demi masa depan yang lebih baik. (dadang bs/hei)