Foto : Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Kabupaten Tuban bersama Yayasan Alfaningdyah Nareswara saat gelar workshop Sekolah Ramah Anak (SRA). (mct)

Workshop Sekolah Ramah Anak, Kadiknas Tuban : Kompetensi Anak Indonesia Masih Jauh Tertinggal

Tubankab - Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Kabupaten Tuban bersama Yayasan Alfaningdyah Nareswara menggelar workshop Sekolah Ramah Anak (SRA) di Pendapa Krida Manunggal Tuban, Selasa (19/09).

Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan  Abdul Rakhmat, Ketua TP-PKK Hart Novembria Susetyowati Agung Tri Wibowo, Ketua II Bidang Pendidikan dan Peningkatan Ekonomi Keluarga Aulia Hany Mustikasari, Ketua Persit, Ketua Bhayangkari, Ketua Yayasan Alfaningdyah Nareswara Asma Hani Anisa, serta Ketua Dewan Pendidikan Imam Hambali. 

Sedikitnya 800 lebih guru KB, TK, dan TPA Yayasan Alfaningdyah Nareswara yang merupakan lembaga di bawah naungan TP-PKK Tuban ini, mendapatkan materi tentang identifikasi gangguan belajar dan stimulasi pada anak usia dini, serta penerapan kurikulum merdeka pada anak berkebutuhan khusus, gangguan perkembangan maupun belajar dari para praktisi profesional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Abdul Rakhmat mewakili Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky menyampaikan, peningkatan kompetensi guru sangat penting dalam perkembangan kualitas anak didik, utamanya anak usia dini. 

Ia menerangkan, pelaksanaan kurikulum merdeka menuntut guru untuk memberikan inovasi, kreativitas, dan pembelajaran terbaik dan menyenangkan untuk anak. “Berpusat kepada kebutuhan anak didik saat ini,” ucapnya pada reporter Diskominfo-SP.

Ia juga menyampaikan terkait capaian kompetensi anak didik di Kabupaten Tuban. Meskipun disandingkan dengan kota dan kabupaten yang lain masih pada level aman, dibandingkan secara internasional, kompetensi anak Indonesia masih jauh tertinggal.

“Dalam survei kualitas pendidikan yang dikeluarkan oleh PISA, Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama,” ungkapnya.

Rakhmat meneruskan, anak-anak Indonesia usia 15 tahun ke bawah memiliki kompetensi literasi dan numerasi di bawah rata-rata. “Literasi hanya sampai pada pemahaman teks, begitu pun numerasi baru pemahaman hitungan sederhana. Ini PR besar bersama,” lanjutnya.

Untuk itu, titik awal perbaikan ada pada anak usia dini, yaitu PAUD, TK, KB, dan TPA, yang merupakan anak dalam usai emas yang siap menyerap segala informasi. Ia juga menyoroti bagaimana teknologi informasi telah banyak masuk dalam dunia anak-anak. Penerimaan informasi yang cepat dari kemajuan teknologi harus memerlukan pendampingan dari orangtua dan guru. Anak usia dini harus mendapatkan perhatian melalui pendidikan berkualitas dan berkarakter, sebab merupakan pondasi pertama yang akan menentukan masa depan pendidikan mereka selanjutnya. 

“Jika salah didik dan kompetensinya kurang, akan berpengaruh di jenjang pendidikan lebih tinggi,” terangnya. 

Sementara itu, Ketua II Bidang Pendidikan dan Peningkatan Ekonomi Keluarga Aulia Hany Mustikasari dalam kesempatan yang sama menyampaikan, peningkatan kapasitas dan upgrade keilmuan dengan menyesuaikan perkembangan zaman, wajib dilakukan oleh para guru. 

Ia berharap, dengan kegiatan tersebut, para guru dapat mengetahui bagaimana cara mendeteksi dini tentang gangguan belajar hingga tumbuh kembang anak. Hal ini penting agar anak mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

“Dengan pengetahuan guru yang mumpuni, maka akan bisa menghasilkan sistem belajar yang baik untuk anak-anak, terlebih yang memiliki kebutuhan khusus,” terang Hany.

Masih menurut Hany, workshop tersebut juga merupakan upaya TP-PKK Tuban mendukung pengurangan angka stunting di Kabupaten Tuban. “Karena guru juga tahu apa yang terjadi pada anak didiknya, maka penanganan akan semakin cepat,” tutur Hany.

Pihaknya berharap, dengan meningkatkan kompetensi guru anak usia dini, maka dapat menciptakan generasi emas Kabupaten Tuban yang cerdas dan berkarakter. “Itu adalah goalnya,” pungkasnya. (nurul jamilah/hei)

comments powered by Disqus