Foto : Para peserta sedang ikuti Workshop Analisa Situasi Proyek Sistem Layanan Kesehatan Mata. (tauviq)

Yayasan Paramitra Gelar Sosialisasi Pembentukan Komatda

Tubankab - Yayasan Paramitra (YPM) Jawa Timur bersama Christopel Blind Mission (CBM) Indonesia yang bekerja sama dengan Dinkes Kabupaten Tuban, menggelar Workshop Analisa Situasi Proyek Sistem Layanan Kesehatan Mata yang Komprehensif, Inklusif, Replikatif dan Sosialisasi Pembentukan Komite Mata Daerah (Komatda) Kabupaten Tuban, Rabu (12/12).

Kegiatan yang berlangsung di ruang rapat lantai 1 Setda Tuban ini, dihadiri 28 peserta, terdiri dari Kepala OPD terkait, seluruh direktur rumah sakit yang ada di Tuban, Kepala BPJS Tuban, serta Organisasi Penyandang Disabilitas di Kabupaten Tuban.

Kegiatan tersebut, merupakan tindak lanjut dari program Kesehatan Refraksi Mata atau Inclusive System for Effective Eye care (I-SEE) yang sudah berlagsung sejak Maret 2018. Program I-SEE ini dirancang untuk membantu mengurangi gangguan penglihatan dan kebutaan, terutama yang disebabkan katarak dan kelainan refraksi untuk anak-anak.

Tahun ini, terdapat 11 dari 33 puskesmas di Kabupaten Tuban yang sudah masuk dalam program pelatihan kesehatan refraksi mata, sedangkan 22 puskesmas sisanya akan dilaksanakan secara bertahap pada tahun berikutnya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban, Dr. Ir. Budi Wiyana, M.Si saat membuka kegiatan ini mengungkapkan bahwa program yang rencananya akan dilaksanakan selama 5 tahun ini, nantinya dapat benar-benar dimanfaatkan dalam rangka percepatan pembangunan di bidang kesehatan, khususnya  mata. Budi juga menegaskan agar kegiatan semacam ini tidak hanya dilaksanakan secara seremonial, melainkan substansi dan target yang ingin dicapai dalam program ini juga harus dapat dilaksanakan.

Selain itu, ia menambahkan, terkait sosialisasi kesehatan mata ini, nantinya juga harus bergerak pada upaya-upaya pencegahan (preventif). Yakni, bagaimana nantinya masyarakat dapat tanggap menjaga kesehatan mata tersebut. “Ini harus kita masifkan,” tegas Budi.

Menurut Budi, paradigma pembangunan kesehatan secara keseluruhan, termasuk bidang mata ini, diharapkan agar nantinya tidak seluruhnya bertumpu kepada pemerintah. Ia menginginkan adanya keterlibatan semua stakholder terkait di luar pemerintah. “Seperti klinik, rumah sakit di luar pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga profesi, kami harapkan bisa peduli terhadap kesehatan mata tersebut,” ungkapnya.

Terkait pembentukan Komatda sendiri, mantan Kepala Bappeda Tuban ini juga mengharapkan agar pada awal 2019 dapat segera bisa dikukuhkan. Budi juga menegaskan agar pembentukan Komatda ini tidak hanya formalitas semata. Pihaknya ingin agar nantinya terdapat inventarisasi setiap stakeholder maupun lembaga masyarakat terkait yang peduli terhadap Komatda ini. “Itu yang nantinya akan menjadi penggerak Komatda Kabupaten Tuban,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Tuban Bambang Priyo Utomo mengatakan bahwa prinsip dari kegiatan ini, mulai dari awal dilaksanakannya, ialah agar nantinya benar-benar dapat dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Lebih lanjut, Bambang meminta agar yang terpilih untuk menjadi bagian dari Komatda ini, nantinya dapat benar-benar berkomitmen untuk melaksanakan program kesehatan refraksi mata ini, yakni baik dari pemerintah maupun luar pemerintah yang berperan dalam Komatda tersebut. “Nanti, semua kita pakai dan masukkan, dalam arti yang bersangkutan benar-benar punya komitmen pada program tersebut,” ucapnya.

Jika memungkinkan, ia juga mengharapkan agar 22 puskesmas yang belum mendapat program pelatihan kesehatan refraksi mata, nantinya dapat semuanya mendapat pelatihan dalam satu tahun ke depan. “Kalau yang 11 sudah jalan programnya, kita harapkan yang 22 juga jalan. Jadi satu kabupaten bisa action semua,” tutup Bambang. (tauviqurrahman/hei)

comments powered by Disqus