Awalnya Hanya Iseng, Kuli Bangunan Mampu Buat Miniatur Rumah Dari Tusuk Sate
- 21 January 2019 15:12
- Yolency
- Umum,
- 3407
Tubankab - Seorang pemuda dari Desa Margorejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban mencoba mencari peruntungan dari kreativitas yang baru 5 bulan ia tekuni. Di tengah waktu luang, ia mencoba membuat miniatur rumah. Uniknya, miniatur rumah tersebut terbuat dari tusuk sate.
Pemuda tersebut adalah Agung Widodo, pria berusia 28 tahun yang mengaku berprofesi sebagai kuli bangunan. Ia mengaku, inisiatif ide tersebut muncul saat dirinya melihat dari salah satu chanel youtube. Kemudian, ia mencoba dan dikembangkan dengan ide kreatif imajinasi layaknya rumah sungguhan.
“Awalnya hanya iseng mengisi waktu luang dari pada nganggur, alhamdulillah ternyata berhasil dan mencoba saya kembangkan untuk dijual,” kata bapak satu anak ini saat dijumpai di rumahnya, Senin (21/01).
Hasil karyanya itu, kemudian di-posting di salah satu media sosial yang ternyata memicu pengguna medsos penasaran dan bertanya. “Dari medsos itu, saya menjual karya miniatur rumah dari tusuk sate ini,” terangnya sambil menunjukkan karyanya.
Saat ditanya pembuatannya, ia menerangkan dalam setiap karya miniatur rumah menghabiskan sedikitnya 2 bungkus atau 200 tusuk sate dan 4 - 5 botol lem-G, tergantung tingkat kerumitan atau jenis rumahnya dengan estimasi waktu minimal 7 hari. Itu pun biasanya ia kerjakan saat malam hari atau selepas pulang kerja. “Setiap bulan antara 1 – 3 unit terjual, karena tidak semua orang hobi dengan hal seperti ini, tapi ya alhamdulillah karena ini kegiatan sampingan saja,” akunya.
Terkait harganya, ia mematok kisaran minimal Rp 200 ribu dan maksimal Rp 1 juta, tergantung permintaan pemesan atau pembeli, disesuaikan tingkat dan model kerumitannya. Karena dalam miniatur karyanya, display disesuaikan rumah sesungguhnya dengan estimasi skala 1 : 100 dari rumah sesungguhnya, seperti ada kamar, ruang tamu, kamar mandi, meja kursi, lampu hias, bahkan pernak-pernik hiasan halaman rumah.
Untuk kesulitannya, ia mengaku pada pemasaran, karena ketika dipasarkan melalui medsos akun facebook tak jarang calon pembeli berasal dari luar kota Tuban, seperti Lamongan, Bojonegoro, dan Surabaya. Sehingga memerlukan COD (Cash on Delivery) untuk ketemu calon pembeli. “Kalau COD kadang tidak saya layani karena mengganggu waktu kerja saya, tapi alangkah baiknya calon pembeli bisa langsung datang sambil santai dan minum kopi di rumah,” kata Widodo.
Dirinya berharap, industri kreatif bisa terus berkembang, khususnya bagi kalangan anak muda di Bumi Wali Kabupaten Tuban. “Banyak cara untuk menyalurkan ide kreativitas saat ini, yang penting kembangkan potensi diri ke arah yang positif, dan jangan rusak dengan hal – hal yang negatif,” pungkasnya. (chusnul huda/hei)