DIBERI BIBIT GRATISAN, TAPI PANENNYA CUKUP MEMUASKAN
- 03 August 2016 18:52
- Heri S
- Umum,
- 933
Tubankab - Tak selamanya tanah bebatuan di perbukitan kapur gersang dan tandus serta tak bisa ditanami. Buktinya, kawasan perbukitran kapur di Desa Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban, bisa dikelola para petani menjadi lahan yang subur dengan membudidayakan buah jeruk. Pun hasil panen perdananya cukup memuaskan. Berikut ini ceritanya.
Siang yang terik tak membuat para petani Desa Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan, surut semangatnya. Mereka antusias berangkat ke ladang buah jeruk yang berada di kawasan perbukitan kapur. Maklum, saat itu buah jeruk sedang mengalami masa panen. Sehingga, para petani pun gembira menyambutnya.
Namun, ada yang lebih istimewa pada pohon jeruk milik para petani tersebut. Pohon jeruk tidak terlalu tinggi, sehingga para petani begitu mudah memetiknya, tanpa harus memanjat pohonnya. “Kami bisa melakukan sambil duduk, jadi tidak mudah capek,’’ kata Mandar, salah seorang petani jeruk kepada wartawan, Rabu (03/08).
Tidak hanya pohon jeruk yang membuat petani senang, namun buah jeruk hasil panen juga membuat petani gembira. Pasalnya, rasa buah jeruk juga terasa manis dan segar, sehingga punya nilai ekonomis dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani. “Kami dulu hanya menanam jagung, namun kini mencoba tanam jeruk. Eh, hasilnya kok justru bagus sekali,’’ cetus Mandar.
Awalnya, Mandar dan petani desa sekitar diberi sebanyak 500 bibit jeruk gratis oleh Dinas Pertanian Tuban untuk ditanam di lahan seluas 10 hektare. Semula para petani tak menyangka buah jeruk bisa berkembang dengan baik di lahan mereka. Namun, setelah melihat hasil panen perdana, mereka mulai yakin kalau buah jeruk yang mereka tanam mampu berbuah cukup baik. “Bahkan, bisa menjadi sumber mata pencarian tambahan,’’ cetus Mandar.
Dari hasil panen jeruk tersebut, petani bisa mendapatkan hasil yang cukup melimpah, yakni sekitar 1 ton lebih dan mereka menjualnya dengan harga Rp. 7.000 per kilo gramnya.
Panen perdana buah jeruk tersebut memantik warga untuk datang dan merasakan kesegaran buahnya. Tak hanya membeli, mereka juga mencoba jalan-jalan di kebun jeruk, seperti merasakan berwisata di kawasan yang sejuk. “Saya dengar kabar dari teman kalau di sini ada kebun jeruk yang manis. Makanya saya datang kemari dan membeli, apalagi bisa memetik langsung dan harganya relatif murah dibanding harga di pasaran,’’ tukas Yono (30), seorang warga asal Bojonegoro ini.
Kendati deikian, para petani belum berfikir kawasan tersebut dijadikan destinasi wisata buah jeruk. Sebab, mereka masih fokus pada pengembangan dan kualitas serta perawatan buah jeruk itu sendiri. (wan/hei)