Inovasi Lingkungan ala SMPN 3 Tuban, Dari Disinfektan Kerang Hingga Eco-Enzyme
- 25 July 2025 14:22
- Yolency
- Umum,
- 32
Tubankab - Dari bunga telang hingga limbah AC, UPT SMP Negeri 3 Tuban membuktikan bahwa inovasi peduli lingkungan bisa lahir dari ruang-ruang kelas. Beragam terobosan kreatif dan kolaboratif ditampilkan sekolah ini dalam membangun budaya Adiwiyata, yang disampaikan dalam Program Dialog Ekspansi LPPL Pradya Suara, Jumat (25/07), di Studio Siaran LPPL Pradya Suara Tuban dengan tema “Membangun Kesadaran Peduli Lingkungan Sekolah untuk Mewujudkan Sekolah Adiwiyata”.
Pada dialog tersebut, Ketua Adiwiyata SMPN 3 Tuban, Winuk, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa gerakan lingkungan bukan sekadar agenda rutin, tetapi sudah menjadi budaya di lingkungan sekolah. Ia memaparkan bahwa kaderisasi siswa dilakukan secara berkelanjutan melalui tim Pakarenspega, yang menjadi ujung tombak program peduli lingkungan.
“Setiap tahun kami bentuk kader baru yang bukan hanya tahu teori, tapi juga turun langsung menanam, mengolah limbah, hingga mengedukasi teman-temannya,” terangnya.
Lebih lanjut, Winuk—sapaan Ketua Adiwiyata SMPN 3 Tuban—menyebut sejumlah inovasi yang telah menjadi ciri khas sekolah, seperti produksi disinfektan dari cangkang kerang yang termasuk dalam 100 besar inovatif nasional, pembuatan pestisida nabati dari daun embo dan sambiloto, serta pengolahan air buangan AC menjadi deterjen cair. Tak ketinggalan, kulit jeruk pun disulap menjadi eco-enzyme yang ramah lingkungan.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Waka Kurikulum SMPN 3 Tuban, Yuyun Sriwahyuni, S.Pd., menjelaskan bahwa pendekatan peduli lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Menurutnya, setiap guru diberdayakan untuk menanamkan nilai-nilai ekologis sesuai bidangnya masing-masing.
“Di mata pelajaran IPA siswa membuat miniatur gunung dari kertas bekas, di Bahasa Inggris mereka membuat poster kampanye lingkungan, dan di Seni Budaya, botol plastik bisa disulap jadi karya kreatif,” jelas Yuyun.
Tak hanya itu, keduanya menekankan bahwa program Adiwiyata di sekolah ini tak hanya berbasis proyek, tapi juga didukung oleh sistem evaluasi yang terukur. Ada 29 indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan, mulai dari kebijakan sekolah, perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan. Sekolah juga menjalin kemitraan aktif dengan Dinas Lingkungan Hidup, Puskesmas, LSM, hingga komunitas lokal seperti Tukul Tinandur.
Di luar kegiatan kelas, siswa terlibat dalam program Jumat Bersih, sistem tanaman asuh, dan lomba 9K antarkelas. Bahkan orang tua dan masyarakat sekitar turut dilibatkan, membentuk sebuah ekosistem pendidikan yang peduli lingkungan secara menyeluruh.
“Target kami adalah kembali meraih predikat Adiwiyata Mandiri. Tapi lebih dari itu, kami ingin membentuk karakter siswa yang cinta lingkungan secara utuh,” pungkasnya.
Dengan demikian, melalui kombinasi kurikulum hijau, kaderisasi berkelanjutan, dan inovasi yang membumi, SMP Negeri 3 Tuban menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan hidup bisa dikembangkan secara menyenangkan, mendalam, dan berdampak luas. (yavid rp/hei)