KETIKA HEWAN KESAYANGAN NABI SULAIMAN TURUT MERAYAKAN LEBARAN KETUPAT

  • 14 July 2016 10:16
  • Yolency
  • Umum,
  • 2304

Tubankab - Ada kebiasaan unik yang dilakukan sejumlah warga di Kabupaten Tuban saat merayakan Lebaran Ketupat. Mereka tidak hanya memanjatkan doa bersama dan menyantap hidangan opor ketupat, akan tetapi juga memberikan makan ketupat kepada hewan ternak peliharaannya dan melilitkannya ke leher. Tradisi semacam ini diyakini bisa memberikan berkah, tidak saja kepada pemiliknya, namun juga kepada hewan ternaknya. Berikut ini laporannya.

Hawa sejuk masih menyelimuti suasana pagi di Desa Cepoko Rejo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Kendati demikian, tak menyurutkan langkah kaki ratusan warga desa itu untuk berbondong-bondong mendatangi Masjid Baiturrahman, yang terletak di desa tersebut. Mereka bukannya hendak menunaikan ibadah Salat Subuh, akan tetapi menghelat tradisi Lebaran Ketupat.

Dalam tradisi tersebut, warga tidak hanya diwajibkan membawa makanan berupa ketupat dan sayur lodeh serta sambal goreng ataupun opor, tapi juga lepet. Hidangan-hidangan yang biasa disajikan tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri tersebut akan mereka santap usai sang pemuka agama memanjatkan doa, agar ritual tersebut bisa berjalan lancar dan guna mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Suasana penuh akrab pun sungguh terasa ketika mereka makan hidangan yang tersedia bersama-sama. Orang dewasa hingga anak-anak telihat ceria. Mereka benar-benar bersyukur bisa menyantap hidangan, apalagi hidangan yang mereka bawa bisa ditukar dengan hidangan yang dibawa warga lainnya. Yang lebih penting lagi, mereka bisa saling silaturahim dengan para tetangga atau warga sedesanya.

Dari rangkaikan ritual tradisi tersebut, ada satu hal yang tak bisa dilepaskan dari warga desa tersebut. Yakni, mereka juga mengikutsertakan hewan ternaknya, berupa sapi. Ya, sapi menjadi hewan peliharaan mereka yang sangat berharga, sehingga perlu diajak merayakan Lebaran Ketupat. Sapi-sapi mereka yang mayoritas sapi perah itu, tidak hanya diberikan hiasan kalung ketupat (dililitkan pada lehernya,red), akan tetapi juga diberi santapan ketupat. Tak pelak, sapi-sapi mereka melahap habis setiap ketupat yang diberikan.

Bagi warga setempat, tradisi ini digelar untuk menghargai hewan ternak mereka. Sebab, hewan-hewan ternak tersebut bisa menjadi ‘tulang punggung’ perekomian mereka, baik itu untuk kebutuhan sehari-hari maupun saat Lebaran atau bahkan digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

Suntoro (50), salah seorang warga mengatakan, konon kearifan lokal ini sudah dilakukan masyarakat turun-temurun sejak ratusan tahun silam. Ini dilakukan sebagai wujud syukur warga kepada Allah SWT, karena hewan ternak tersebut bisa membantu warga meningkatkan kesejahteraan mereka. “Selama ini, sapi ataupun kambing sudah sering kali memberikan rezeki, maka tak heran kalau warga selalu menggelar tradisi seperti ini,’’ lontar Suntoro kepada wartawan, usai memberikan makan ketupat kepada ketiga sapinya, Kamis (14/07).

Ada juga yang beranggapan bahwa digelarnya tradisi tersebut tak lepas dari kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat. Warga meyakini saat Bakda Kupat (Lebaran Ketupat), hewan ternak kesayangan Nabi Sulaiman AS, itu harus dikeluarkan dari kandangnya. Oleh karena itu, hal serupa dilakukan oleh mereka. “Paling tidak, warga mau memperhatikan dan bisa memeriksa kondisi sapi,’’ ujar Purnomo (30), warga lainnya.

Purnomo berharap, tradisi ‘Bakda Sapi’ ini bisa dilestarikan karena menjadi warisan atau peninggalan nenek moyang mereka. Kalau sampai hilang, sambungnya, bisa jadi, sama halnya dengan menjauhkan rejeki mereka. “Mempertahankan tradisi itu sangat penting, karena menyangkut kehidupan sehari-hari dan mendatangkan penghasilan. Oleh karena itu, generasi muda perlu menjaganya,’’ pungkas lelaki berkulit sawo matang ini. (wan/hei)

comments powered by Disqus