KESENIAN TRADISIONAL ITU MASIH MENJADI ‘MAGNET’ TERSENDIRI

  • 25 June 2016 10:46
  • Heri S
  • Umum,
  • 2275

Tubankab - Kesenian tradisional bangsa Indonesia, salah satunya Tongklek, ternyata masih menjadi ‘magnet’ tersendiri bagi masyarakat. Setiap kali ada pertunjukkan tongklek, selalu dipadati penonton untuk menyaksikan musik warisan Wali Sanga tersebut. Salah satunya, Festival Tongklek yang digelar kaum muda yang tergabung dalam Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Tuban, pada Jumat (25/06) malam.

Sedikitnya 50 Grup Tonglek se Kabupaten Tuban memeriahkan pagelaran festival tersebut. Event tahunan ini mengambil start dan finish di Alun-alun Tuban. Setiap peserta menunjukkan performance-nya di hadapan ribuan penonton yang sudah tak sabar lagi menunggu di atas trotroar jalan raya usai mengikuti Salat Terawih.

Setiap peserta berjalan dan mengikuti pawai keliling jalan utama di ‘Bumi Wali’. Tak merasa lelah, para peserta terus memainkan kesenian bernuansa religi tersebut. Tembang-tembang warisan Wali Sanga, seperti Tamba Ati, Lir-ilir, pun mereka dendangkan dengan diiringi berbagai alat musik tradisional , semisal gamelan dan kentongan dari bambu. Sesekali mereka juga mengumandangkan bacaan salawat di tengah ‘gemuruhnya’ suara penonton yang takjub menyaksikan penampilan mereka. Menariknya lagi, setiap perserta juga menampilkan kostum yang unik, seperti pakaian adat, santri hingga mengenakan pakaian ala wali sanga. Mereka juga mempersembahkan berbagai miniatur benuansa Islami, seperti masjid.

Pertunjukkan musik kesenian trdisional ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat. Sebab, festival yang berlangsung hingga menjelang Salat Subuh masih saja disaksikan oleh masyarakat. Sepertnya, mereka enggan beranjak dari tempat duduknya meski waktu sudah dini hari. “Aku paling betah rasanya kalau menyaksikan kesenian yang satu ini (tongklek,red),’’ ujar Idrus (25), seorang warga asal Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban.

Musik tradisional ini punya tujuan yang sangat mulia karena sering digunakan sebagai alat dakwah dan untuk membangunkan warga saat makan sahur. Selain untuk menjaga tradisi dan budaya, kesenian tradsional ini juga sebagai ajang silaturahmi Umat Islam. “Kami ingin meneruskan tradisi para leluhur karena mempunyai manfaat yang besar,’’ ujar Falahudin, Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Tuban. (wan/hei)

comments powered by Disqus