BAU SEDAP ITU ‘HENTIKAN’ LAJU KENDARAAN PARA PEMUDIK LEBARAN
- 04 July 2016 17:39
- Erina Letivina
- Umum,
- 474
Tubankab - Para pemudik kendaraan bermotor pribadi yang melintas di Jalur Pantura, baik dari arah Surabaya maupun Semarang, acapkali menyempatkan berhenti di wilayah Kota Tuban. Ini terjadi karena ada buah tangan atau oleh-oleh yang ditawarkan para pedagang di sepanjang jalur tersebut. Apa itu ? Berikut laporannya.
Mentari mulai ‘merebahkan tubuhnya’. Sorot sinarnya sudah tak kemilau lagi. Warna langit senja juga mulai nampak keemasan. Pertanda hari mulai berangsur petang. Namun, arus lalu lintas kendaraan bermotor di Jalur Pantura Tuban, tepatnya di Jalan Panglima Sudirman bagian barat, saat itu masih sangat padat. Maklum, selain banyaknya pertokoan dan padatnya rumah penduduk di sepanjang jalan tersebut, juga banyak dilewati kendaraan hilr mudik. Kendati begitu, ada sedikit yang membedakan suasana di jalan raya, Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota tersebut, terutama saat menginjak sore hari.
Terlihat berderet wanita di bawah naungan tenda selalu memenuhi trotoar di sepanjang jalan itu. Mereka sedang menjajakan ikan asap hasil tangkapan dari para suaminya saat melaut. Ada juga yang terpaksa kulakan karena suaminya atau keluarganya bukan dari kalangan nelayan.
Memang, saat mudik Lebaran atau hari libur panjang seperti sekarang ini banyak sekali pedagang ikan asap (bakar) secara dadakan mangkal di tepi jalan yang padat arus lalu lintas tersebut. Mereka menjajakan berbagai dagangan ikan asap, seperti Tuna, Kakap, Salem hingga Tongkol. Sebab, ikan asap khas Tuban tersebut, sering menjadi buruan para pengendara yang melintas di jalur tersebut, khususnya para pemudik. Rasanya yang khas dan baunya menusuk hidung, serta ikannya yang masih segar, membuat para pemudik atau wisatawan yang kebetulan melintas di jalur tersebut, menyempatkan diri untuk berhenti, karena tergoda ingin membeli.
Kebanyakan mereka memilih berhenti, demi mendapatkan ikan asap khas Tuban, sebagai bekal perjalanan dan oleh-oleh, saat tiba di kampung halaman untuk bertemu dengan keluarga dan kerabat dekatnya.
Mereka yang membeli kebanyakan adalah pemudik luar daerah yang sedang melintas, seperti pemudik tujuan Lamongan, Surabaya, Gresik, Malang, maupun pemudik tujuan Rembang, Semarang, Jawa Tengah.
Salah satunya adalah Yuni (43), pemudik tujuan Surabaya ini sengaja berhenti untuk membeli ikan asap jenis Tuna dan Salmon, untuk persiapan hidangan di rumah. ”Selain untuk oleh-oleh, juga untuk hidangan sendiri mas,’’ ujar Yuni, ditemui wartawan di lokasi usai melakukan perjalanan jauh dari Semarang, Jateng, Senin (04/07).
Ramainya pemudik yang melintasi di Jalur Pantura Tuban ini, membuat omzet yang didapat para pedagang meningkat tajam. Jika pada hari biasa, para pedagang hanya mampu meraup omzet Rp. 300 ribu sampai Rp. 400 ribu per hari, maka kini meningkat tajam dengan keuntungan berkisar antara Rp. 500 ribu sampai Rp. 700 ribu per harinya. “Untungnya 2 kali lipat dibanding hari biasanya,’’ cetus Mbok Yem (52), salah seorang pedagang ikan dengan wajah berseri karena banyak meraup untung.
Ikan asap sebenarnya bukanlah ikan siap konsumsi, pengasapan pada ikan hanya bagian dari pengawetan sebelum dimasak menjadi beragam olahan ikan. Para pedagang menyediakan berbagai jenis ikan asap, mulai dari Ikan Tuna, Salmon, Tongkol, hingga Kakap. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp. 5.000 hingga Rp. 35.000 per ekor, tergantung ukuran dan jenis ikannya. Barang kali ada keluarga jauh yang ingin mudik atau balik Lebaran, sempatkan saja untuk membeli oleh-oleh ikan asap. (wan/hei)