PETANI GARAM ‘DIINTIMIDASI’ CUACA TAK MENENTU
- 04 August 2016 14:59
- Heri S
- Umum,
- 791
Tubankab - Para petani garam di Kabupaten Tuban mengeluh, karena tak bisa memproduksi garam secara maksimal, menyusul kondisi cuaca yang tak menentu selama beberapa bulan belakangan ini. Akibatnya, mereka mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Para petani garam yang tak berproduksi berada di wilayah Desa Pliwetan dan Karangagung, Kecamatan Palang. Sedikitnya 90 hektare lahan garam milik petani di dua desa tersebut dibiarkan terbengkalai begitu saja, tanpa ada aktvitas sama sekali.
Faktor cuaca yang tak kunjung pulih selama 7 bulan terakhir diduga menjadi penyebabnya. Perubahan suhu udara tak menentu yang ‘mengintimidasi’ para petani mengakibatkan lahan mereka tak memungkinkan untuk diproduksi.
Kondisi ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana setiap memasuki musim kemarau, lahan garam sudah bisa diproduksi dengan baik, namun kali ini sangat sulit dilakukan. “Kami tak berani spekulasi, lebih baik nganggur dulu, daripada merugi,’’ ujar Kafid (48), salah seorang petani garam Desa Pliwetan, Palang, Kamis (04/08).
Tak hanya faktor cuaca, harga garam yang kurang stabil membuat para petani dihinggapi rasa waswas. Mereka menjadi khawatir merugi karena harga garam hanya bekisar Rp. 250 per kilo gram. Harga tersebut dirasa tak sebanding dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan.
“Kalau harga segitu, petani akan rugi dan tak produksi. Lebih baik waktu produksi diundur saja,’’ timpal Darwanto (34), petani garam, asal Desa Karangagung, Kecamatan Palang.
Sembari menanti cuaca membaik, para petani lebih memilih mengolah dan membersihkan lahan garam dari onggokan lumpur. “Lebih baik memperbaiki peralatan produksi, agar nanti siap digunakan lagi saat cuaca membaik,’’ pungkas pria berkulit sawo matang ini. (wan/hei)