Foto : Para peserta pemilih pemula. (ist)

Peran Penting Gen Z dan Milenial Menuju Tatanan Politik Baru pada Pemilu 2024

  • 04 January 2024 16:03
  • Yolency
  • Umum,
  • 11762

Tubankab - Pesta demokrasi 2024 sudah semakin dekat. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden menjadi hal yang dinantikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pemilu tahun ini semakin menarik karena bertambahnya peserta pemilu dari `kelompok usia pemilih muda, yaitu generasi Z dan milenial. Generasi Z dan milenial dikenal sebagai kaum muda yang tumbuh bersama teknologi. 

Pemilu 2024 menjadi ajang menunjukkan peran mereka yang semakin berpengaruh, menggugah antusiasme, dan menyuarakan isu-isu politik. Partisipasi mereka dapat memengaruhi arah kebijakan dan isu-isu yang diangkat dalam masyarakat. Hal ini tentunya sangat memberi pengaruh besar pada hasil dari pesta demokrasi yang akan dilaksanakan pada Februari mendatang.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 mencapai 204.807.222 pemilih. Sebanyak 66.822.389 atau 33,60 persen pemilih dari generasi milenial. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85 persen. Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih. Angka tersebut menunjukkan Gen Z dan milenial memiliki potensi untuk membentuk perubahan dan memberikan kontribusi positif dalam pengambilan keputusan. 

Banyak dari gen Z dan milenial yang menganggap bahwa pesta demokrasi hanya bertujuan untuk kepentingan beberapa golongan. Keputusan untuk golput atau menggunakan hak pilih sebenarnya merupakan hak pribadi setiap individu. Sebagai warga negara, gen Z dan milenial yang sudah cukup umur memiliki kewajiban untuk menyukseskan pemilu 2024 dengan menggunakan hak pilihnya. 

“Mungkin sebagian dari gen Z dan milenial melihat golput sebagai cara untuk mengekspresikan ketidakpuasannya dari sistem politik di negara ini. Sementara yang lain, mungkin menganggap golput sendiri merupakan tindakan yang kurang bertanggung jawab. Jadi, beberapa merasa bahwa partisipasi dalam proses politik lebih efektif dan memberi dampak daripada golput untuk membawa perubahan yang diinginkan” ujar Hawa (20) mahasiswi asal Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 

Menurutnya, gen Z dan milenial dinilai memiliki kecenderungan untuk enggan terlibat atau bahkan apatis. Namun dengan adanya akses kemudahan dalam ruang digital melalui tren, politik dinilai berhasil masuk dan memengaruhi opini publik kedua generasi lewat ruang digital, termasuk dunia politik, kebijakan, bahkan pemilu.

Akibat dari kemudahan tersebut, terdapat berbagai reaksi baik positif maupun negatif dari gen Z dan milenial. Sebagian dari mereka mungkin memilih untuk tidak ikut serta dalam pemilu sebagai bentuk protes atau ketidakpercayaan terhadap sistem politik. Mereka mungkin merasa bahwa suara mereka tidak akan membuat perubahan yang signifikan atau bahwa kandidat yang tersedia tidak memenuhi harapan mereka.

Hasna (20) mahasiswi asal Universitas Brawijaya berpendapat gen Z dan milenial menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyuarakan pandangan politik mereka. Platform media sosial digunakan untuk menyampaikan kritik terhadap kandidat, partai politik, hingga sistem politik di Indonesia. “Contohnya yang banyak saya jumpai di media sosial, terdapat gen Z dan milenial yang menggunakan humor, meme, dan satire politik sebagai cara untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap politik” ungkap Hasna.

Tak sepenuhnya gen Z dan milenial memiliki reaksi negatif terhadap situasi politik di negeri ini. Pasalnya, banyak dari mereka yang mulai aware dengan politik. Hal tersebut terjadi karena proses kampanye dari masing-masing paslon menggunakan cara yang lebih modern dan mengikuti tren untuk dapat menggaet atensi mereka. Beberapa paslon tampak membawa tren dunia digital ke dunia nyata seperti baliho paslon bergambar AI, jargon kekinian, dan video iklan pendukung untuk menarik perhatian.

Dikenal dengan kecenderungan apatis, Pemilu 2024 tetap menjadi tolok ukur kepercayaan untuk Indonesia di masa mendatang. Banyak cara yang telah dilakukan KPU dan paslon Pemilu 2024 untuk menarik perhatian gen Z dan milenial yang tampaknya tidak sia-sia dalam dunia maya maupun nyata. Sebagian dari mereka mampu beropini secara luas melalui dunia digital dan dunia nyata untuk menentukan paslon yang mereka anggap sesuai. Dengan hal ini, diharapkan Pemilu 2024 dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat luas termasuk gen Z dan milenial untuk menentukan nasib Indonesia di masa mendatang.

Sementara itu, Hanin mahasiswi Ilmu Komunikasi asal UPN Veteran Jawa Timur mengatakan, pemimpin 2024 menjadi penentu nasib 5 tahun ke depan dan Indonesia di masa mendatang. Memiliki pemimpin yang memahami serta bertindak dalam nasib masyarakat Indonesia sangat diperlukan. “Jujur serta adil dalam penanganan negara. Tidak kuno dalam pengembangan Indonesia dalam perkembangan zaman,” ujar Hanin. 

Harapan ini tidak terlepas dalam kepercayaan gen Z dan milenial pada tangan Indonesia di masa mendatang. Dengan harapan pemimpin mampu membawa Indonesia ke Indonesia Emas 2024. (m agus h/hei)

comments powered by Disqus