Foto : Anak-anak saat sedang belajar. (dadang)

Rubah Jadi Pelita Literasi dan Semangat Belajar Anak-anak Desa

  • 12 May 2025 18:08
  • Heri S
  • Umum,
  • 53

Tubankab – Cahyo Prasetiyo, seorang pengajar di Madrasah Aliyah Ash-Shomadiyah sekaligus pedagang asal Desa Tegalrejo, Kecamatan Merakurak, terus menyalakan semangat belajar anak-anak di desanya lewat gerakan literasi yang ia rintis : Rubah (Rumah Baca Harapan).

"Awalnya ini bagian dari program kolaborasi antara Baznas RI dan Komunitas Sahabat Pulau Indonesia pada 2018, fokusnya waktu itu pada pemberdayaan UMKM batik pewarna alami," ungkap Cahyo.
 
"Tapi dari sana, kami melihat potensi lebih besar. Literasi bisa menjadi jalan untuk membangun generasi yang lebih sadar dan siap menghadapi masa depan," ujarnya kepada reporter tubankab, Senin (12/05).

Rubah merupakan salah satu pilar Komunitas Sahabat Pulau Indonesia yang kini telah tersebar di lebih dari 13 kota dan provinsi. Di Tuban, Rubah menjelma sebagai ruang tumbuh bersama bagi anak-anak desa—tempat mereka membaca, menulis, belajar numerasi, hingga berbagi ilmu secara sukarela.

"Tiga hari dalam seminggu, setiap Senin, Selasa, dan Rabu malam, kami mengadakan kelas belajar selepas Magrib. Anak-anak belajar sambil bermain, dan mereka senang karena suasananya akrab dan penuh semangat," jelas Cahyo.

Salah satu keunikan Rubah adalah sistem pinjam buku keliling. Koleksi bacaan bisa bergilir dari rumah ke rumah, sehingga akses terhadap buku lebih dekat dengan masyarakat. "Kami ingin buku hadir di tengah-tengah kehidupan warga, bukan hanya di rak tertutup," tambahnya.

Meski masih fokus pada literasi dasar seperti membaca, menulis, dan numerasi, Rubah juga mengupayakan pengenalan tujuh literasi dasar—termasuk finansial, digital, budaya, dan kewargaan—dalam kegiatan sehari-hari. "Kami berharap gerakan ini memberi dampak positif dan memotivasi anak-anak untuk terus berkembang," kata Cahyo.

Terkait dukungan lebih luas, Cahyo menyampaikan harapan agar komunikasi dan sinergi antara pegiat literasi di desa dan pemangku kebijakan semakin terbuka. "Akan sangat bermakna bila suatu saat para penggerak literasi desa dapat berdialog atau berbagi gagasan dengan Bunda Literasi atau pihak kecamatan. Mungkin lewat forum sederhana yang mendorong saling dengar dan kolaborasi," tuturnya.

Ia juga menyebutkan pentingnya keberadaan perpustakaan desa dan kecamatan sebagai ujung tombak akses pengetahuan. "Bila ruang-ruang itu bisa lebih dihidupkan, dilengkapi, dan didekatkan dengan warga, tentu semangat membaca akan tumbuh lebih cepat. Kami percaya, dengan kolaborasi, literasi bisa menjadi gerakan bersama," pungkasnya. (dadang bs/hei)

comments powered by Disqus