Foto : Sayur hiroponik usaha sampingan milik Syaifudin Zuhri yang berada di Desa Karang Tengah, Kecamatan Jatirogo. (tauviq)

Sayur Hidroponik, Bisnis Sampingan yang Menggiurkan

  • 26 December 2018 15:57
  • Heri S
  • Umum,
  • 2636

Tubankab - Di tengah kesehariannya bekerja sebagai marketing toko ritel modern di Kecamatan Jatirogo, M. Syaifudin Zuhri (26), warga Desa Karang Tengah, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban selalu menyempatkan rutinitasnya selepas pulang bekerja untuk merawat budidaya sayur hidroponik yang telah ia rintis sejak pertengahan 2017 lalu.

Saat ditemui oleh reporter tubankab.go.id di kediamannya, Rabu (26/12), ia mengatakan bahwa usaha hidroponik ini, sudah ia tekuni hampir satu tahun lebih bersama teman-temannya yang tergabung dalam Komunitas Hidroponik Jatirogo-Sale (KHJS).

Syaifudin mengungkapkan, ia hanya menanam dua jenis sayur hiroponik, yakni jenis sawi dan selada. Dalam sekali panen, ia mengaku bisa memproduksi hingga 15 kilogram, dengan hanya memanfaatkan lahan di pekarangan rumahnya yang berukuran sekitar 3 x 6 meter.

Saat ini, ia tengah mencoba untuk menaikkan hasil panen sayur hidroponik yang ditargetkan bisa menghasilkan hingga 25 kilogram sayur sawi dan selada hidroponik dalam sekali panen. Untuk selada sekitar 10-15 kilogram dan sawi berkisar 10 kilogran sekali panen. Ia mengaku bahwa dalam sebulan bisa mencapai hingga dua kali panen.

Lebih lanjut, pihaknya akan terus meningkatkan hasil produksi sayur hidroponik ini. Hal tersebut, masih terangnya, dikarenakan saat ini semakin hari permintaan di pasar semakin banyak. “Alhamdulillah, saat ini sedikit demi sedikit masyarakat mulai mengenal sayur hidroponik,” ungkap pria satu anak ini.

Untuk sayur hidroponik yang siap panen, ia sudah mempunyai pelanggan atau pasar tersendiri. Syaifudin biasa menjualnya kepada konsumen di area Kecamatan Jatirogo dan Sale, Rembang, Jateng. Ditambahkannya, jika terdapat permintaan dalam skala cukup besar, ia biasa menjualnya kepada pengepul di daerah Tuban dan Blora. “Kalau eceran, biasanya sudah ada pelanggan tetap,” ungkapnya.

Ia menyampaikan, budidaya sayur hidroponik ini, mempunyai prospek yang cukup bagus, di mana saat ini, banyak orang yang ingin hidup sehat. Hal tersebut, masih lanjutnya, dikarenakan dalam perawatan sayur hidroponik ini, tidak menggunakan pestisida.

Selain itu, ia juga biasa menjual sayur hidroponik miliknya apabila terdapat event-event tertentu, seperti car free day (CFD) dan expo. Khusus event CFD dan expo, bersama rekan komunitasnya, ia membuat olahan yang bervariasi dari sayur hidroponik, seperti  jus, stik, kripik, dan es krim guna menarik minat pengunjung.

Untuk harga jual, akunya, tergantung dari pada kualitas sayur hidroponik tersebut, di mana selada biasa ia jual berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram, sedangkan untuk sawi dibanderol sekitar Rp 23 ribu hingga Rp 28 ribu per kilogram.

Dikarenakan sayur hidroponik ini memang awam bagi masyarakat, khususnya di sekitar Kecamatan Jatirogo dan Sale, ia mengaku bahwa masih sedikit orang-orang yang tertarik untuk menggeluti usaha ini. Dijelaskannya, kebanyakan orang enggan untuk terjun dalam usaha sayur hidroponik, dengan berbagai alasan, seperti terkendala masalah modal, perawatan, dan pemasaran. “Banyak yang bepikir untuk menjual sayur ini ke mana,” jelasnya.

Sebelumnya, dengan memanfaatkan sisa potongan kayu dan membeli beberapa peralatan seperti paralon dan pompa akuarium, ia membutuhkan satu hingga dua juta rupiah untuk bisa memulai budidaya sayur hidroponik ini. “Sedangkan untuk bibit, harganya terjangkau,” ucapnya.

Sedangkan untuk perawatan sayur hidroponik ini, dikatakannya relatif mudah. Oleh sebab itu, ia berinisatif untuk mendirikan budidaya sayur hodroponik ini sebagai tambahan rutinitas selain pekerjaan sehari-hari yang ia jalani.

Namun, dikarenakan sayur ini merupakan jenis tumbuhan yang biasa tumbuh di dataran tinggi, juga tetap dibutuhkan perawatan ekstra, khususnya selada, selalu dibutuhkan penyemprotan air guna menjaga kestabilan udara, serta pengecekan rutin lainnya. Ia berharap, agar sayur hidroponik yang ia budidayakan bersama rekan komunitasnya ini, dapat lebih dikenal masyarakat luas. “Dan semoga produksi kita nantinya lebih banyak,” tutup pria yang juga menjabat sebagai sekretaris KHJS tersebut. (tauviqurrahman/hei)

comments powered by Disqus