Tuban Dalam Kondisi Kering Ekstrim
- 10 September 2018 16:24
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 1338
Tubankab - BMKG Tuban mengatakan, September merupakan puncak musim kemarau, mengingat intensitas hujan di wilayah Bumi Wali hanya 10 milimeter.
“Masuk bulan ini, adalah puncak musim kemarau,’’ tutur Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Tuban Desindra Deddy ketika dikonfirmasi, Senin (10/09).
Data tersebut diperoleh berdasarkan monitoring yang dilakukan di Pos Hujan di beberapa kecamatan milik BMKG. Desindra menegaskan, jika angka tersebut mengartikan bahwa Tuban masuk dalam kekeringan ekstrim saat ini. “Kita punya beberapa Pos Hujan, dan menurut pantauan, kadar hujan sangat rendah sekali. Meski ada hujan, tapi volumenya sangat rendah, dan itu wajar,” terang Desindra.
Ia meyakinkan, dalam hasil monitoring Peta Hari Tanpa Hujan (PHTH) milik BMKG, lebih dari 60 hari wilayah Kabupaten Tuban tidak mendapatkan hujan, artinya Tuban masuk dalam kekeringan ekstrim. “Ini artinya kita dalam kondisi kering ekstrim,” tegas Desindra.
Atas kondisi ini, ujar Desindra, BMKG memperingatkan kepada petani agar tidak melakukan penanaman padi, utamanya untuk sawah tadah hujan. Di samping itu, juga perlu diwaspadai untuk warga yang tinggal di daerah hutan, agar berhati-hati terhadap potensi kebakaran hutan.
“Kami menyarankan, agar petani tidak tandur padi dulu, apalagi untuk daerah yang sawahnya tadah hujan. Harus beralih ke palawija dulu. Untuk warga yang tinggal di sebelah hutan, jangankan puntung rokok, gesekan antara dahan juga bisa menjadi pemicu kebakaran hutan. Jadi harus terus waspada,” imbau Desindra.
Meski begitu, Desindra meyakinkan, menurut data yang didapat dari Citra Satelit Himawari, dikatakan Jawa Timur terdapat 8 Hot Spot. Akan tetapi masyarakat patut bersyukur, sebab Tuban tidak dalam daftar tersebut. “Alhamdulillah, meski masuk dalam kekeringan ekstrim, kita Tuban tidak masuk dalam 8 Hot Spot di Jawa Timur,” tutup Desindra. (nurul jamilah/hei)